kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

LEN Industri bidik pendapatan Rp 2,7 triliun


Minggu, 27 November 2016 / 18:01 WIB
LEN Industri bidik pendapatan Rp 2,7 triliun


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. PT LEN Industri optimistis menyambut tahun depan. Perusahaan pelat merah ini memperkirakan bisa tumbuh lebih baik seiring dengan gencarnya pemerintah menggenjot pembangunan transportasi perkeretaapian.

LEN menargetkan bisa mengantongi pendapatan Rp 2,7 triliun tahun 2017. Target ini lebih tinggi 22,7% dibandingkan dibandingkan dengan target yang dipatok tahun ini sebesar Rp 2,2 triliun. Sedangkan sampai September tahun ini, perusahaan sudah membukukan pendapatan Rp 2 triliun.

Untuk mencapai target tersebut, perusahaan yang bergerak dibidang elektronika dengan salah satu produk teknologi persinyalan kereta ini akan membidik kontrak dari proyek kereta ringan atau Light Rapid Transit (LRT) dan proyek perkeretaapian lain.

Saat ini, LEN tengah mengikuti tender proyek LRT Jabodetabek dan proses Pra Kualifikasi (PQ) LRT Jakarta. Di samping itu mereka juga tengah mengejar proyek perkeretaapian di Sulawesi dan Kalimantan.

"Total kontrak persinyalan dan yang lainnya untuk enam paket proyek LRT Jabedetabek sekitar Rp 5 triliun. Apakah paket itu dibagi atau akan sekaligus untuj percepatan kita gak tahu. Tapi ini sedang kita bidik, " kata Direktur Utama Len, Zakky Gamal Yasin di Jakarta, Jumat (25/11).

Tahun 2017, perusahaan ini menargetkan bisa menggarap kontrak senilai Rp 5 triliun. Sekitar Rp 2 triliun merupakan kontrak baru dan Rp 3 triliun adalah kontrak carry over dari tahun ini.

Sementara sepanjang sebelas bulan tahun ini, LEN telah menghadapi kontram senilai Rp 4 triliun. Sebesar Rp 2 triliun didapat dari proyek LRT Palembang yang digarap oleh PT Waskita Karya Tbk. Penandatangan proyek tersebut baru dilakukan akhir pekan lalu.

Zakky mengungkapkan, cakupan pengerjaan yang akan mereka lakukan di proyek LRT tersebut meliputi sistem persinyalan, telecomunication, substation, power rail, OCC and SCADA, trac, platform screen door, sistem engineering, ticketing system serta signal depot. Proyek sepanjang 23,4 kilometer (km) ditargetkan akan rampung pada Juni 2018 untuk menunjang perhelatan Asian Games.

Selain dari proyek LRT, LEN juga mendapatkan kontrak persinyalan untuk proyen Automatic People Mover System (APMS) Bandara Soekarno Hatta menggunakan sistem sinyal modern tanpa awak dengan panjang lintasan 2,98 km. Nilai kontrak tersebut Rp 600 miliar. Lalu dari kontrak dari proyek-proyek perhubungan senilai 750 miliar.

Dengan pengalaman menggarap LRT Palembang, Zakky berharap itu bisa memperkuat kemampuan mereja menggarap proyek LRT lain sehingga pengerjaannya bisa dilakukan lebih cepat.

LEN mengklaim mereka memiliki keunggulan dalam menggarap proyek LRT dibandingkan perusahaan asing. Pertama, sebagai perusahaan lokal merekan bisa melakukan mobilisasi dengan cepat. Lalu masa operasi dan pemiliharaan juga bisa dilakukan dengan cepat karena merupakan perusahaan lokal dan sebagian besar material yabg mereka pakai adalah komponen lokal.

Sementara dengan pengalaman menggarap proyek APMS Bandara Soelarno Hatta, LEN juga berencana mengembangkan APMS di bandara-bandara lain. "Sekarang kita kerjasama dengan korea untuk APMS tapi kedepan dengan pengalaman yang kita punya mungkin kita bisa kerjasama dengan perudahaan lokal saja yakni Bumn yang lain." jelas Zakky.

Selain terus mengincar proyek baru dari sektor infrastruktur, LEN juga akan melanjutkan pengembangan teknologi.

Tahun depan, mereka akan menyiapkan dana sekitar 2,5%-5% dari total pendapatan tahun ini sebagai belanja modal untuk pengembangan teknologi.

Zakky bilang, sistem yang akan fokus mereka kembangkan adalah sistem server industri pertahanan dan teknologi persinyalan. LEN akan mengembangkan beberapa kompenen persinyalan guna mendapatkan sertifikasi international.

Pengembangan teknologi persinyalan dilakukan agar perusahaan bisa membidik pasar ekspor. Sebetulnya, LEN sudah berhasil mendaptkan kontrak proyek persinyalab dari Banglades namun nilainya masih kecil yakni sekitar US$ 1,5 juta.

Nah dengan pengembangan tadi, mereka ingin mengincar proyek di pasar regional. Saat ini perusahaan sedang mengincar proyek persinyalan di Malaysia dan Mianmar dengan nilai kontrak masing -masing sekitar Rp 30 miliar. " Kita coba masuk pasar regionla karena secara teknologi persinyalan Indonesia masih baik dibanding dengan negara-negara di kawasan tersebut, " jelas Zakky.

Saat ini, pengembangan teknologi persinyalan dikerjakan LEN sendiri. Namun dalam menggarap proyen teknologi telekomunikasi dan teknologi power plant mereka masih menggandeng partner dari luar.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×