Reporter: Melati Amaya Dori | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Manajemen PT Lion Air kecewa dengan sikap PT Angkasa Pura II yang tidak ikut membantu pembayaran biaya konsumsi dan penginapan penumpang yang terlantar akibat bandara Supadio, Pontianak tidak beroperasi pada Jumat (1/6) pekan lalu.
Padahal, kata Edward Sirait, Direktur Umum Lion Air, penundaan terbang maskapai penerbangan itu karena faktor bandara yang tidak bisa dipakai, karena adanya proses evakuasi pesawat Sriwijaya Air yang tergelincir di bandara.
Edward menyatakan, kesalahan dari penundaan terbang murni bukan kesalahan maskapai. Maka itu, Edward berharap ada peran serta AP II sebagai pengelola bandara mengurangi beban maskapai untuk menanggung biaya konsumsi dan penginapan penumpang yang tertunda berangkat.
"Peran serta itu mengingat maskapai bandara telah mengeluarkan biaya operasional, sewa parkir pesawat saat datang dan berangkat. Jika proses evakuasi yang dilakukan pihak bandara lebih cepat, pasti tidak ada penerbangan yang harus ditunda," kata Edward kepada KONTAN, Senin (4/6).
Ada 8 penerbangan Lion Air yang terpaksa ditunda pasca tergelincirnya pesawat Sriwijaya Air SJ-188 jenis Boeing 737-400 di Bandara Supadio, Pontianak. Akibat penundaan itu, Lion Air harus merogoh kantong untuk menyediakan penginapan dan konsumsi penumpang yang tertunda.
Kondisi yang sama juga terjadi pada maskapai penerbangan Batavia Air. Elly Simandjuntak, Manajer Humas Batavia Air mengaku, telah membayar penginapan untuk 100 penumpang pesawat Batavia rute Jakarta-Pontianak yang tertunda terbang pada Jumat pekan lalu (1/6).
Selain biaya untuk penginapan, Batavia Air juga membayar untuk kebutuhan konsumsi penumpang yang terlantar tersebut selama sehari penuh. Sayangnya, kedua maskapai ini enggan menyebut berapa total kerugian akibat bandara Supadio yang tak bisa beroperasi pada Jumat (1/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News