kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.464.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.269   -64,00   -0,42%
  • IDX 7.563   -78,87   -1,03%
  • KOMPAS100 1.175   -15,83   -1,33%
  • LQ45 939   -14,66   -1,54%
  • ISSI 228   -2,45   -1,06%
  • IDX30 484   -6,54   -1,33%
  • IDXHIDIV20 581   -8,51   -1,44%
  • IDX80 134   -1,93   -1,43%
  • IDXV30 142   -0,88   -0,62%
  • IDXQ30 162   -2,28   -1,40%

Lion Air Kuasai Penerbangan RI, Menhub Dorong Maskapai Lain Gandeng Asing


Rabu, 02 Oktober 2024 / 14:38 WIB
Lion Air Kuasai Penerbangan RI, Menhub Dorong Maskapai Lain Gandeng Asing
ILUSTRASI. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Menhub Budi Karya Sumadi angkat bicara terkait maskapai Lion Group yang yang mengusai penerbangan dalam negeri.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi angkat bicara terkait maskapai Lion Group yang yang mengusai penerbangan dalam negeri.

Budi mengatakan bahwa kini Lion Grop telah menguasai sebesar 60% dari total pesawat yang beroprasi di penerbangan domestik, utamanya di wilayah timur. Dampaknya ada potensi permainan harga atau monopilo yang berdampak apda tingginya harga tiket pesawat.

"Sebenarnya kami tidak membiarkan kondisi monopoli di bagian timur Indonesia begitu saja. Sebab, pasar akhirnya akan bermasalah jika ada monopoli," kata Budi dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Sektor Transportasi Selama 10 Tahun Pemerintahan Presiden Jokowi di Kemenhub, Jakarta Pusat, Selasa malam (1/10).

Mengurai hal ini, Budi mengklaim telah mendorong maskapai-maskapai di dalam negeri untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan maskapai asing seperti Emirat Arab, Cina maupun Taiwan.



Kerja sama ini dilakukan agar meningkatkan jumlah pesawat dan menambah rute penerbangan di Indonesia utamanya di bagian Timur.

Menurutnya, sudah ada beberapa maskapai asing yang tertarik melakukan penjajakan penerbangan domestik. Beberapa diantaranya adalah Etihad Airways dan Emirates Airline. 

"Presiden telah setuju dengan kolaborasi antara maskapai lokal dan asing, sehingga populasi pesawat bisa bertambah. Langkah tersebut akhirnya dapat mengatasi permasalahan bandara yang tidak memiliki rute penerbangan dan harga tiket pesawat yang mahal," ungkapnya.

Sebelumnya Budi juga mengungkap keterbatasan jumlah pesawat domestik memang menjadi salah satu isu tingginya harga tiket.

Berdasarkan catatan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), pertumbuhan jumlah pesawat untuk penerbangan domestik stagnan di angka 420 pesawat.

"Dulu pesawat 700 yang beroperasi, saat Covid-19 merangkak ke 300 pesawat dan sekarang 420 pesawat, itupun stagnan," kata Budi.

Menurutnya hal ini didorong juga karena industri penerbangan khususnya pabrikan maskapai yang masih belum pulih dari pandemi. Sehingga banyak parik besar yang mengalami kendala produksi.

Kedua, kondisi serupa juga terjadi di pabrikan suku cadang pesawat yang banyak mengalami kebangkrutan di saat covid-19.

Bahkan, sebagian pabrikan besar di Ukraina dan Rusia saat ini juga banyak yang tidak melakukan pengiriman sparepart.

"Sehingga penerbangan kita banyak yang tidak beroperasi, ada tongkronganya tapi ga bisa jalan karena sparepart, ini masalah safety," ujar Budi.

Selanjutnya: Update Grafik Harga Emas Antam Hari Ini, Berdasar Data Terkini (2 Oktober 2024)

Menarik Dibaca: Ini Cara Cerdas Generasi Muda Agar Tak Turun Kelas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×