Reporter: Asnil Bambani Amri, Reuters | Editor: Asnil Amri
SINGAPURA. Maskapai penerbangan Lion Air menunda rencana go public tahun ini senilai lebih dari US$ 1 miliar. Rusdi Kirana, chief executive officer (CEO), Lion Air bilang, penundaan dilakukan karena memburuknya kondisi pasar saham.
Perlu diketahui, Lion Air memiliki rencana ambisius melakukan ekspansi untuk meningkatkan bisnis penerbangannya. Apalagi, perusahaan maskapai Indonesia itu sudah memiliki memiliki rekor pembelian pesawat sebanyak 200 jet jenis Boeing.
"Kami tidak bisa melakukannya (go public) tahun ini karena situasi dengan krisis keuangan tidak begitu baik," kata CEO Rusdi Kirana dalam wawancara menjelang Singapore Airshow kemarin (12/2).
Rusdi bilang, saat ini Lion Air memiliki pangsa pasar penerbangan domestik 51% dan berencana untuk go public ketika pangsa pasar mereka mencapai 60%, sesuatu yang semula diperkirakan akan terjadi dua tahun ke depan.
Rudi pernah menyebutkan, ia tidak membutuhkan dana IPO untuk membayar pengiriman pesanan pesawatnya. Beberapa waktu lalu, maskapai ini menarik perhatian dunia, karena memesan pesawat terbanyak dengan nilai US$ 21,7 miliar.
Airbus menuding, Amerika Serikat (AS) menerapkan tekanan politik untuk mengamankan kesepakatan pembelian pesawat tersebut. Lebih detailnya, Lion Air membeli 230 pesawat jet jarak rute pendek, yang kesekapatan pembelian di teken di hadapan Presiden Barack Obama.
Mengenai kasus pemakaian narkoba oleh Lion Air, Rudi menampiknya. "Desas-desus bilang, pilot saya bekerja terlalu keras sehingga mereka menggunakan minuman dan obat-obatan," kata Rusdi.
Selain itu Kirana juga menjelaskan, "Orang-orang mengarang cerita untuk mendiskreditkan kami," katanya. Selain mengembangkan bisnisnya, Rusdi mengklaim telah mendirikan 1.000 rumah untuk staf perusahaan penerbangan miliknya itu.
Selain menanggapi masalah pilot tersebut, Rudi juga mengecam Eropa yang masih menerapkan daftar hitam kepada Lion Air. Sementara Garuda dan lima penerbangan lainnya mendapatkan keringanan. "Saya tidak peduli jika Uni Eropa ingin blacklist saya, Indonesia adalah pasar saya, dan saya ingin keadilan," kata Rusdi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News