Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Lippo Group mengepakkan sayap usahanya di kawasan Asia Tenggara. Kali ini ada 12 rumah sakit akan dibuka di Myanmar, dengan total investasi tak kurang dari US$ 500 juta.
Wakil Chairman Lippo Group, James Riyadi mengatakan, pekan lalu Lippo Group telah mendapat approval untuk meresmikan beberapa rumah sakit yang sudah diambil alih. Dalam waktu satu-dua bulan ke depan rumah sakit tersebut akan diresmikan.
“Satu rumah sakit rata-rata investasinya US$ 50 juta - US$ 60 juta . Pertimbangan memilih Myanmar, karena Myanmar itu negara besar dan memiliki SDM luar biasa, sumber daya alam juga luar biasa,” kata James ditemui di sela-sela World Economic Forum on East Asia 2015, Jakarta, Senin (20/4).
Dia menuturkan, 50 tahun silam, negara utama di Asia bukanlah Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, melainkan Myanmar. Namun, kebesaran Myanmar bukanlah tanpa andil dari pemerintah Indonesia.
“Presiden Indonesia saat itu Soekarno, dialah yang membuka Myanmar dan membantu Myanmar menjadi merdeka. Dialah yang membawa Myanmar ke dunia. Dan mereka (Myanmar) sangat welcome (kepada Indonesia),” kata James.
Saat ini Lippo Group memiliki anak usaha yang bergerak di bidang kesehatan yakni dengan bendera Siloam Hospitals. Jaringan rumah sakit Siloam sudah cukup banyak di Indonesia. Selain Myanmar, James mengatakan Lippo Group juga akan menyasar Kamboja sebagai sasaran investasinya.
Rencananya di setiap negara, Lippo Group akan menanamkan investasi sekitar US$ 300 juta - US$ 500 juta. “Rencananya investasi di rumah sakit, hotel, dan sekolah. Kamboja ini sedang dijajaki, karena Lippo Bank adalah bank asing pertama yang masuk ke Kamboja 30 tahun lalu,” imbuh dia.
James memiliki pertimbangan untuk membenamkan investasi di jasa pendidikan. “Mereka (orang Kamboja) membutuhkan transformasi fisik dan manusia. Rumah sakit, sekolah, itu semua adalah transformasi manusia,” kata James. (Estu Suryowati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News