Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Meski penggunaan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) sudah mulai didorong secara global, pasar Indonesia rupanya masih dalam masa transisi yang jenuh dari berbagai sisi, termasuk soal infrastruktur dan paradigma masyarakat. Dus, mobil listrik hibrida alias hybrid electric vehicle (HEV) menjadi sasaran empuk pasar dalam masa peralihan ini.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil HEV whole sales di Indonesia pada paruh pertama 2025 meningkat sebesar 11,6% secara tahunan (YoY) menjadi 28.817 unit.
Peningkatan angka penjualan ini rupanya terjadi seiring bertambahnya pemain. Pada semester I-2024, Gaikindo mencatat terdapat tujuh merk yang menjual HEV di Indonesia. Nah, pada periode yang sama tahun ini, jumlahnya bertambah menjadi 11 merk.
Empat pemain baru itu adalah Hyundai, KIA, Mazda, dan GWM, sejumlah produsen yang tadinya fokus pada mobil battery electric vehicle (BEV) alias mobil listrik penuh. Pengamat otomotif Yannes Martinus menjelaskan, pada dasarnya produsen BEV ini memang tak memiliki banyak pilihan selain terjun ke HEV.
Baca Juga: JAECOO J5 EV Meluncur di GIIAS 2025, Harga Mulai Rp 350 Juta
“Ada tekanan pasar ril yang masih bergantung pada infrastruktur BBM, permintaan konsumen yang pragmatis di wilayah dengan home charging & SPKLU terbatas, serta kebutuhan strategis untuk mempertahankan pangsa pasar selama transisi energi yang belum sepenuhnya matang,” papar Yannes kepada Kontan, Jumat (25/7).
Dengan berbagai tantangan itu, Yannes bilang HEV menjadi solusi nyata, dengan efisiensi bahan bakar yang lebih baik tanpa risiko range anxiety seperti pada BEV. Apalagi, konsumen juga masih bisa memanfaatkan platform produksi mesin BBM yang sudah ada.
Pasar BEV Mulai Jenuh
Sementara HEV bertumbuh, penjualan BEV justru menunjukkan tren jenuh dengan penurunan yang terjadi sejak bulan April lalu.
Untuk diketahui, pada bulan Januari 2025 Gaikindo mencatat penjualan whole sales BEV mencapai 2.517 unit, lalu meningkat menjadi 5.183 unit pada Februari, dan lanjut menguat menjadi 8.850 unit pada bulan Maret.
Namun pada bulan April, angkanya turun menjadi 7.400 unit, lalu turun lagi pada bulan Mei menjadi 6.391 unit, dan lanjut turun menjadi 5.501 unit pada bulan Juni.
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara menyebutkan, pada dasarnya BEV memang belum sepenuhnya siap meluncur di Indonesia.
Pertama, karena produk HEV cenderung lebih sesuai dengan paradigma masyarakat Indonesia.
“HEV ini jarak jangkaunya relatif lebih jauh, lalu rata-rata punya alternatif tujuh-seater. Nah, orang Indonesia itu yang seperti itu, sesuai kebutuhan,” kata Kukuh kepada Kontan, Jumat (25/7).
Selain itu, menurutnya BEV masih dianggap memberatkan dari sisi biaya bagi masyarakat Indonesia. Kukuh bilang pada dasarnya hampir 50% dari harga BEV ditujukan kepada baterai. Namun, baterai BEV sendiri memiliki batas umur yang pada akhirnya memaksa konsumen untuk melakukan pembelian kembali.
“Pasar Indonesia mikirnya masih konvensional, masih perhitungan kalau harus beli baterai yang harganya bisa-bisa sudah lebih mahal dari harga mobilnya sendiri kalau dijual kembali,” katanya.
Apalagi, lanjutnya, pada dasarnya BEV merupakan teknologi baru yang belum bisa diukur keawetannya.
Kedua, karena kesiapan infrastruktur dan komponen pendukung yang belum maksimal.
Kukuh bilang secara historis transisi komponen pendukung otomotif memang cenderung lambat. Ia mengambil contoh pemberlakuan peraturan untuk menggunakan standar emisi Euro 4 pada 2017.
“Pada kenyataannya, sudah delapan tahun berlalu, hingga saat ini bahan bakarnya belum tersedia secara menyeluruh,” ungkapnya.
Maka dari itu, tak heran jika masyarakat lebih tertarik membeli HEV. Karena mobil masih bisa berjalan dengan dorongan bensin, konsumen HEV jelas tak perlu terlalu memusingkan soal infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian daya.
"HEV akan senantiasa relevan di pasar Indonesia selama BEV belum mampu menarik pasar dan kesiapan elektrifikasi cenderung lambat," tegas Kukuh.
Baca Juga: Perbandingan Lexus LC 500 vs LC 500h, Ini Perbedaan Mesin dan Performanya
Selanjutnya: Diskon Pajak BBM 80% di Jakarta Berlaku hingga Agustus
Menarik Dibaca: Bank Sampah Sekolah dan Aksi Bersih Sungai Jadi Langkah Wings Peduli Tekan Polusi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News