Reporter: Maria Gelvina Maysha | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim giling tebu mulai berjalan dan sejak 1 April lalu di beberapa daerah sudah melakukan penggilingan, misalnya di Medan, Lampung, Malang, Jawa Tengah dengan pabrik tebu Trangkil, disusul pabrik-pabrik lain pada Mei ini.
Namun, Harga Acuan Pembelian (HAP) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) tebu malah menjadi kabar tidak menyenangkan bagi petani tebu.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen dengan mengatakan petani dibatasi dengan HAP dan HET, sehingga program mereka tahun ini adalah meminta penghapusan patokan harga tersebut.
Baca Juga: Harga Pangan Dunia Naik, Kemendag Siapkan Langkah Strategis
Soemitro juga berpesan agar Harga Pokok Penjualan (HPP) dasar gula ditingkatkan selayaknya HPP produk pertanian yang lain, seperti beras dan gabah.
Apalagi ia menyebut kalau sekarang harga kebutuhan pokok juga naik yang berdampak pada kenaikan harga upah. Ditambah lagi hujan yang terus turun memasuki masa tebang dan angkut sehingga mengakibatkan harga proses tersebut menjadi mahal.
“Ini kan menjadi beban berat bagi petani karena ini sudah memasuki masa tebang angkut. Kalau hujan terus, berdampak pada kenaikan harga angkut,” ujar dia kepada kontan, Jumat (12/5).
Tak hanya itu, petani tebu juga masih dibebani oleh peningkatan dari biaya pembelian pupuk dan mayoritas mereka sudah sepenuhnya menggunakan pupuk non subsidi.
Oleh sebab itu, untuk mengimbangi kebutuhan petani yang naik, Soemitro meminta agar HET dan HAP lebih baik dihapus. Adanya acuan harga tersebut hanya menguntungkan konsumen, tetapi merugikan petani.
Baca Juga: FAO: Indeks Harga Pangan Dunia Naik
“Petani disuruh melayani. Padahal yang harusnya melayani konsumen itu pemerintah. Bukan kewajiban petani menjual harga murah kepada konsumen,” tuturnya.
“Kalau itu mahal, tugas pemerintah untuk intervensi dengan operasi pasar, bukan membuat peraturan harga acuan penjualan atau HET. Kita butuh harga perlindungan petani,” Imbuh Soemitro.
Adapun untuk target produksi dari musim penggilingan, Soemitro tidak bisa berharap banyak karena beban-beban yang masih menimpa petani ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News