kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Masuknya investasi asing gairahkan industri film


Rabu, 10 Februari 2016 / 18:13 WIB
Masuknya investasi asing gairahkan industri film


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengatakan jika revisi daftar negatif investasi (DNI) untuk industri film nasional direalisasikan, akan membuat industri perfilman nasional menjadi lebih bergairah. 

"Akan menguntungkan apabila investasi asing dapat masuk ke industri perfilman nasional. Pasalnya, hal ini dapat mendorong perkembangan perfilman Indonesia agar lebih maju," kata Triawan di Jakarta, Rabu (10/02/2016).

Dia menambahkan, jika pihak asing boleh memberikan pendanaan dan melakukan investasi maka industri perfilman Indonesia bisa berkembang. "Apakah itu 10 persen (jumlah investasi asing), tapi asing boleh memberikan pendanaan," tambah dia. 

Menurut Triawan, selama ini industri perfilman mengalami kekurangan dana. Akibatnya, mengembangkan industri perfilman Indonesia menjadi hal yang sulit. 

Para pelaku industri perfilman juga mengeluhkan sedikitnya investasi yang masuk ke sektor tersebut. Sutradara Joko Anwar, dalam kesempatan terpisah, menyatakan setuju jika investasi asing masuk. 

Menurut dia, jika revisi DNI disahkan, investasi dan modal asing akan masuk. Dengan adanya investasi, akan memungkinkan banyak film Indonesia bakal diproduksi, termasuk yang bertema budaya lokal. 

"Mungkin, tema-tema yang selama ini belum diproduksi karena tak mendapat modal, juga akan diproduksi," ujar dia. 

Sebelumnya, Badan Ekonomi Kreatif berencana menambah layar bioskop untuk segmen menengah bawah. Sebab, saat ini hanya ada 1.088 layar bioskop yang rata-rata untuk kelas menengah atas. padahal minimal Indonesia memiliki 5.000 layar bioskop. (Penulis    : Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×