Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Secara bertahap, PT Mayora Indah Tbk akan meninggalkan produk segmen C lantas fokus menggarap produk segmen B dan A. Alasan produsen Beng Beng dan Torabika itu adalah demi mengail margin yang lebih besar.
Menurut klasifikasi internal Mayora Indah, produk segmen C memiliki banderol harga di bawah Rp 5.000 di level ritel alias harga ketengan. Sementara segmen produk B berkisar Rp 5.000 - Rp 10.000. Selanjutnya, segmen produk A mereka jual dengan harga di atas Rp 10.000.
Komisaris PT Mayora Indah Tbk Hermawan Lesmana mengatakan, masing-masing produk memiliki keunggulan. Produk segmen C, misalnya, menjanjikan volume penjualan besar tapi tidak menjanjikan margin tinggi. Sementara produk segmen B menjanjikan volume penjualan dan margin lumayan.
Berbeda lagi dengan produk segmen A yang tak menjanjikan volume penjualan. "Tapi ini menjanjikan margin dan future karena pada akhirnya nanti produk ini akan menjadi incoming market," ujar Hermawan saat ditemui KONTAN di kantor PT Mayora Indah Tbk di Jakarta, Selasa (16/8).
Asal tahu, saat ini rata-rata margin Mayora Indah untuk semua produk sebesar 27%. Margin produk segmen B bisa dua kali lipat ketimbang margin produk segmen C. Sementara margin produk segmen A bisa 1,5 kali dari produk segmen B.
Saat ini, produk yang masuk kategori segmen C masih tersisa 5% dari total item produk bikinan Mayora Indah. Adapun porsi produk segmen B dan A masing-masing sebanyak 60% dan 35%.
Namun upaya Mayora Indah beralih ke produk segmen B dan A tetap mempertimbangkan pasar. "Karena biar bagaimana pun, konsumen C itu konsumen kami juga. Prinsip kami asal kami enggak mengorbankan kualitas," ujar Hermawan.
Belanja iklan 13%
Sembari meninggalkan produk kelas bawah secara perlahan, Mayora Indah akan memperkuat pasar domestik dan ekspor. Mengenai pasar domestik, perusahaan berkode MYOR di Bursa Efek Indonesia itu menilai, potensi pasarnya masih terbentang luas.
Pasalnya, konsumsi biskuit per kapita tanah air masih mini jika disandingkan dengan negara tetangga.
Manajemen Mayora Indah bilang, konsumsi biskuit per kapita penduduk Indonesia baru mencapai satu kilogram biskuit per tahun. Sementara Malaysia 2,5 kilogram biskuit per tahun. Sementara Singapura 4 kilogram biskuit per tahun sampai 5 kilogram biskuit per tahun.
Untuk memperkuat pemasaran, Mayora Indah akan membarengi strategi dengan menggeber pemahaman merek. Karena itu, mereka siap menggelontorkan belanja iklan 13% dari proyeksi penjualan tahun ini.
"Persentase belanja iklan itu membesar sejak tahun lalu karena dua sebelumnya tak lebih dari 10% dari sales," kata Hermawan.
Di pasar luar negeri, Mayora Indah berambisi memperkuat pasar ekspor di kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah. Mereka juga berhasrat memperbesar penjualan ekspor ke China.
Sepanjang tahun ini, Mayora Indah optimistis bisa membukukan pertumbuhan penjualan 15%. Tahun lalu, mereka mencetak penjualan Rp 14,82 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News