Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) terus mengembangkan bisnis yang berkelanjutan dengan menyinergikan tiga pilar bisnisnya. Yakni, minyak dan gas (migas), ketenagalistrikan, dan pertambangan mineral.
Vice President Corporate Planning & Investor Relations Medco Energi Internasional Myrta Sri Utami mengatakan, ketiga portofolio bisnis MEDC akan bersinergi, saling mendukung dan memiliki komitmen dalam menerapkan nilai lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG).
"Meskipun saat ini portofolio MEDC masih mayoritas dari migas, namun rencana transisi energi Medco Energi sudah mulai berjalan dengan melakukan investasi di sektor green energy seperti geothermal, hydro dan solar PV melalui anak usaha PT Medco Power Indonesia," kata Myrta kepada Kontan.co.id, Kamis (2/9).
Baca Juga: Medco Daya Energi Sentosa beli 2.124 saham Paiton, begini tanggapan manajemen MEDC
Sebelumnya, pada Rabu (1/9), Myrta juga memaparkan perkembangan bisnis Medco Energi dalam acara IPA Convex 2021 secara virtual.
Pada kesempatan itu, Myrta menyebutkan, MEDC menganggarkan belanja modal (capex) sebesar US$ 215 juta di tahun ini. Rinciannya US$ 150 untuk migas dan sisanya US$ 65 juta untuk segmen ketenagalistrikan.
Belanja modal di sektor ketenagalistrikan akan banyak diserap untuk proyek pembangkit listrik swasta (IPP) Riau dan proyek geothermal Ijen di Jawa Timur. Sampai dengan kuartal I 2021 capex yang sudah terserap senilai US$ 3 juta.
Medco Energi melalaui Medco Power Indonesia memiliki 6 IPP gas di Batam dan Sumatera Selatan. Saat ini pihaknya sedang menyelesaikan pengembangan PLTGU Riau berkapasitas 275 MW. Perkembangan terkini, proses pembangunan sudah sampai 97%. Diharapkan pembangkit ini mulai beroperasi komersial pada kuartal IV 2021.
Untuk meningkatkan pengembangan bisnis energi bersih, Myrta mengatakan, Medco Energi juga telah melakukan aliansi strategis bersama dengan Kansai Electric Power Company yang mencakup bisnis IPP Gas, LNG untuk pembangkit listrik, dan Jasa Operasi dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance/ O&M).
Myrta bilang lewat kolaborasi ini, diharapkan dapat menyatukan keahlian teknis global yang dimiliki Kansai Electric untuk mengembangkan lebih jauh lagi bisnis energi bersih di Indonesia.
Tak hanya pembangkit dan geothermal saja, Medco Energi juga mengembangkan fasilitas Solar PV 26 MWp di Sumbawa, Nusa Tenggara Timur. Medco Power juga telah menandatangani perjanjian (LoI) dengan PT PLN Persero untuk mengembangkan dua fasilitas Solar PV 2x25 MWp di Bali, yang diharapkan mulai beroperasi pada akhir 2022.
Tetap fokus kembangkan bisnis migas
Walaupun makin serius menggarap bisnis energi terbarukan, sebagai salah satu perusahaan sumber daya alam terkemuka di Asia Tenggara, MedcoEnergi tetap fokus mengembangkan bisnis migas.
Myrta menjelaskan saat ini kontribusi bisnis migas masih mendominasi pendapatan perusahaan. ''Atas dasar itu, alokasi belanja modal kami masih akan dominan ke sektor migas," jelasnya.
Di tahun ini, belanja modal yang dialokasikan Medco Energi ke segmen bisnis migas senilai US$ 150 juta yang akan banyak diserap untuk proyek South Natuna Sea Block B, Kepulauan Riau. Sampai dengan kuartal I 2021, belanja modal yang sudah terserap senilai US$ 6 juta.
Baca Juga: Buyback saham, Medco Energi (MEDC) siapkan dana Rp 130,50 miliar
Medco Energi Internasional (MEDC) gencar investasi di sektor energi terbarukanMyrta bilang, salah satu aktivitas di segmen migas yang sedang dikembangkan adalah proyek South Natuna Sea Block B. Blok ini telah meningkatkan produksi migas. Selain itu, Medco juga berhasil meraih empat penemuan eksplorasi gas komersial di sumur Bronang-2, Kaci-2, West Belut-1 dan Terubuk-5.
Sampai dengan kuartal I 2021, Myrta melihat kinerja migas lebih baik dibandingkan akhir tahun 2021. Tercermin dari harga migas yang menunjukan kenaikan.
Kendati sudah ada sinyal bagus, MEDC tetap konservatif di sepanjang tahun ini karena melihat permintaan energi yang belum sepenuhnya pulih atau sama seperti kondisi sebelum pandemi. Maka dari itu, pihaknya mengestimasi produksi migas di 2021 akan lebih rendah dibandingkan 2020.
Di tiga bulan pertama tahun ini, MEDC mencatatkan produksi migas sebanyak 101 juta barel minyak ekuivalen per hari (MBOEPD).
Gali ceruk bisnis tambang mineral
Di pilar bisnis ketiga yakni MEDC melalui PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) mengoperasikan pertambangan mineral, tembaga dan emas.
Myrta mengatakan, dengan adanya permintaan jangka panjang produk tembaga, pihaknya dapat mendukung program elektrifikasi di Indonesia, salah satunya untuk ekosistem kendaraan listrik. Di sisi lain, MedcoEnergi juga melihat masa depan yang cerah di tambang emas.
Saat ini AMNT mengoperasikan dan mengestraksi bijih tembaga dan emas dari tambang Batu Hijau. Saat ini prosesnya sudah pada fase 7 operasi dan pada bijih produktif pertama dari fase ini telah dihasilkan pada April 2020.
Pada kuartal I 2021, Amman Mineral mencatatkan produksi tembaga 48 Mlbs dan emas 27 koz. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, produksi keduanya mengalami peningkatkan masing-masingi 7,9% yoy dan 70,2% yoy.
Melansir laporan tahunan 2020, pada 31 Desember 2020 Batu Hijau memiliki estimasi cadangan 7.380 Mlbs tembaga dan 9.190 Koz emas, serta estimasi sumber daya yang mencakup persediaan bijih sebesar 16.650 Mlbs tembaga dan 15.140 Koz emas
Myrta menegaskan, lewat upaya menyinergikan ketiga pilar bisnis ini, MedcoEnergi Internasional tetap aktif mencari peluang dalam menyusun portofolio. Tentunya, ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dan memastikan aksi korporasi seperti akuisisi dapat memberikan nilai tambah.
Tidak hanya itu, manajemen MedcoEnergi juga akan selektif pada aset yang sesuai dengan bisnis inti. "Jika tidak kami akan lakukan divestasi," tandasnya.
Selanjutnya: Hasil RUPST Medco Energi Internasional (MEDC), setujui pelaksanaan rights issue
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News