kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Memompa cuan dari pelumas turbin


Senin, 24 Oktober 2016 / 11:05 WIB
Memompa cuan dari pelumas turbin


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Produsen pelumas ikut kecipratan rezeki dari dari proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW). Maklum, setiap turbin pembangkit butuh pelumas. Produsen pelumas seperti PT Pertamina Lubricants telah ambil ancang-ancang untuk meningkatkan produksi 3% dari volume produksi tahun ini.

Andria Nusa, Direktur Marketing dan Sales PT Pertamina Lubricants bilang, nantinya volume produksi pertahun dari 450.000 kiloliter per tahun menjadi 463.500 per tahun. Pelumas yang diproduksi melayani pasar pelumas industri dan otomotif. "Proyek 35.000 MW bertahap sampai 2019, jadi kami juga menambah produksinya bertahap juga," kata Andria, Rabu (19/10).

Dari sisi konsumen, Pertamina mengklaim saat ini 60% penjualan untuk sektor industri. Industri yang memakai pelumas itu antara lain; tambang, minyak dan gas, semen, pupuk, kertas, kimia dan industri lainnya.

Meski saat ini permintaan pelumas industri cenderung turun, Andria memproyeksikan akan ada kenaikan permintaan seiring dengan pemulihan ekonomi. Selain itu, ada tambahan pasar dari pembangkit listrik. 

Pertamina mengklaim telah mengantongi lisensi dari produsen turbin seperti GE, Siemens dan Mitsubishi, sehingga produk mereka bisa digunakan oleh pembangkit listrik yang memakai turbin itu.

Selain Pertamina, produsen pelumas lain seperti PT Shell Indonesia juga mencicipi pasar pelumas industri. Dian Andyasuri, Director of lubricants PT Shell Indonesia bilang, kontribusi penjualan pelumas industri Shell berkontribusi 14% ke penjualan. 

Hal inilah yang mendorong PT Shell Indonesia berinvestasi US$ 168 juta membangun pabrik pelumas di Marunda, Jakarta Utara dengan kapasitas 120.000 ton per tahun. "Konsumen industri kami dari sektor kelistrikan, pertambangan, semen, perkebunan, kertas dan bubur kertas dan transportasi," ujarnya.

Tak seperti Pertamina dan Shell, PT Topindo Atlas Asia yang merupakan pemegang merek pelumas Top 1 memilih fokus ke pelumas otomotif. "99% pasar kami ke otomotif, pasar untuk industri tak sampai 1%," kata Paul Toar, Presiden Direktur PT Topindo Atlas Asia.                        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×