kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.966.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.800   82,00   0,49%
  • IDX 6.756   33,18   0,49%
  • KOMPAS100 975   6,58   0,68%
  • LQ45 757   3,68   0,49%
  • ISSI 215   1,64   0,77%
  • IDX30 393   1,54   0,39%
  • IDXHIDIV20 470   -0,44   -0,09%
  • IDX80 111   0,80   0,72%
  • IDXV30 115   -0,01   -0,01%
  • IDXQ30 128   0,06   0,05%

Menggali Potensi Laba dari Beternak Babi


Kamis, 30 April 2009 / 16:54 WIB


Reporter: Aprillia Ika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Daging babi makin langka di pasaran. Kalaupun ada, harga jualnya mahal. Hal itu terjadi karena lahan peternakan babi semakin terdesak oleh permukiman penduduk. Apalagi, sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim yang mengharamkan daging babi.

Menurut Marjuni, salah satu peternak genik (anak babi usia dua bulan) di Kulon Progo, Yogyakarta, ke depannya harga daging babi bakal semakin mahal karena tidak sembarang peternakan babi bisa berdiri. "Padahal, kebutuhan daging babi untuk warga non muslim juga semakin meningkat," ujar Marjuni.

Jakarta sendiri menurut Marjuni merupakan pangsa pasar daging babi terbesar. Baru kemudian diikuti Bandung dan Bali. "Di Bali, konsumsi babi lebih dikhususkan untuk turis asing," lanjut Marjuni.

Marjuni sudah menekuni usaha produksi genjik sejak delapan tahun silam. Setiap bulannya, Marjuni hanya bisa memenuhi permintaan genjik sebanyak 50 ekor saja. Padahal permintaan dari peternakan penggemukan babi mencapai 100 ekor per bulan untuk satu peternak saja. "Makanya saya tidak main di usaha penggemukan karena untuk genjiknya saja kurang," imbuhnya.

Kunci utama budidaya babi adalah kandangnya. Kandang harus sesuai tiga syarat utama, yaitu jauh dari permukiman penduduk, pasokan air melimpah, dan, lingkungan sekitar harus mendukung. Marjuni sendiri mempunyai lahan seluas 1,5 hektare di lahan peternakan resmi yang jauh dari permukiman penduduk.

Kandang babi yang baik harus memperhatikan analisa dampak lingkungan. Kandang yang baik punya saluran septik tank serta berada dekat dengan selokan. Dengan ketinggian atap tiga meter, bakal memperlancar aliran udara di kandang.

Untuk usaha penggemukan, ukuran kandang 3X5 m2 untuk 10 babi. Sementara untuk produksi genjik, ukuran kandang 3X3 m2 untuk satu induk dan anak-anaknya. Dalam menjaga kebersihan kandang, setiap pagi babi harus dimandikan dengan cara disemprot. Untuk itu, permukaan lantai dibuat miring antara 10 cm sampai 15 cm. Dengan demikian, kotoran tidak akan menggenang. "Lantai dan dinding kandang juga harus dicor semen. Agar tidak mudah jebol mengingat sifat babi yang suka menggigit apa saja," lanjut Marjuni.

Babi yang sudah menginjak usia 6 bulan sudah siap dikawinkan. Setelah empat bulan, babi bisa beranak sampai 14 ekor. Tetapi yang bertahan hidup sampai usia dua bulan hanya sebanyak delapan ekor saja.

Untuk induk babi, boleh diberi makan secara semi modern. Yaitu campuran antara ampas tahu, bekatul dan sedikit konsentrat babi. Induk babi diberi pakan dua kali dalam sehari. Sekali makan, menghabiskan sekitar 20 kilo pakan basah. "Dalam sehari, biaya pakan induk babi mencapai Rp 5000," lanjut Marjuni.

Sementara untuk genjiknya, selain menyusu induknya, agar cepat besar ganjik diberi pakan konsentrat B51 yang mengandung protein tinggi. Setelah dua bulan, Marjuki siap menjualnya ke peternakan penggemukan babi.

Harga jual genjik usia dua bulan Rp 250.000 per ekor. Dari harga tersebut, Marjuni sudah mendapat margin ampai 50%. Di peternakan penggemukan babi, genjik tersebut bakal diberi makan bektul, jagung dan konsentrat. Empat bulan kemudian genjik sudah berusia enam bulan dan siap dipotong.

Berat babi usia enam bulan mencapai 90 kilo dengan harga jual Rp 15.000 per kilo. Dari harga tersebut, peternak penggemukan babi bisa mendapat keuntungan Rp 700.000. Rinciannya, untuk kebutuhan pakan Rp 400.000 per ekor. Untuk pembelian genjik Rp 250.000 per ekor. Sementara harga jual babi usia enam bulan rp 1,35 juta per ekor.

Untuk masalah penyakit babi, Marjuni menepis anggapan bahwa babi rentan cacing pita. "Babi yang sekarang banyak diternakkan itu bukan jenis lokal, tapi jenis Holland atau Australia. Lagi pula peternakannya tidak jorok," ujarnya.

Penyakit babi yang paling sering adalah kolera atau mencret. Cara pencegahannya hanya dengan menjaga kebersihan kandang. Serta obat mencret khusus babi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×