Sumber: rumahku.com | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Terdiri dari banyak suku, budaya, serta adat menciptakan variasi tersendiri yang membuat Indonesia lebih kaya dibanding negara lain. Salah satunya adalah Riau, yang turut menyumbangkan kekayaan budaya, termasuk dalam penciptaan arsitektur tradisional rumah Bubung.
Dalam pembentukkannya, rumah Bubung sangat terpengaruh oleh budaya Melayu yang merupakan budaya asli ras Riau dan juga Malaysia. Pasalnya, pada kala itu pusat kerajaan Melayu terletak di Riau sebelum akhirnya Johor membentuk kerajaan sendiri.
Sifat orang Melayu yang senang dan pandai bersosialisasi juga diterapkan pada bangunan ini, yakni dengan keberadaan Saloso Catu, atau bale-bale yang selalu ada pada rumah Bubung untuk tempat ngumpul dan bercengkrama dengan anggota keluarga lain. Tidak hanya itu, bagian depan rumah juga tidak dipagari untuk memudahkan sosialisasi.
Satu hal yang menjadi ciri rumah tradisional Riau adalah keberadaan tiang yang berjumlah 6 atau 12. Namun tak berbeda jauh dengan rumah adat lain, rumah Bubung juga berbentuk rumah panggung dengan ketinggian 1 meter hingga 2 meter.
Bagian bawah rumah biasa digunakan sebagai gudang atau tempat penyimpanan barang-barang tani. Tidak hanya itu, gaya panggung juga dicap sebagai model yang pas untuk mereka terhindar dari serangan binatang buas.
Keyakinan suku Melayu yang menganggap bahwa hanya orang mati saja yang tinggal di bawah tanah juga diterapkan pada konsep rumah Bubung. Hasilnya, mereka tidak menggunakan tanah sebagai material pembuat genteng, mereka lebih memilih rumbia (pohon sagu) sebagai penutup bagian atap.
Pada bagian dinding, umumnya mereka menggunakan kayu kapur yang banyak ditemukan di kawasan Lingga dan sekitarnya. Setelah itu, dinding diwarnai dengan warna hijau yang dipadu-padankan dengan kuning terang.
Jika masuk ke bagian dalam, ada beberapa bagian ruangan yang membentuk rumah Riau, antara lain adalah rumah ibu yang terletak di bagian depan. Kemudian ada pula rumah untuk orang tua, anak-anak, serta pengantin baru. Di bagian dalam, terdapat ruang utama yang biasa digunakan oleh penghuni untuk makan, tidur, persiapan jenazah, hingga menerima tamu.
Sementara bagian paling belakang adalah ruang dapur. Meski ukurannya cenderung besar, namun kesederhanaan masyarakat Melayu muncul dari bentuk ornamen bangunan ini, misalnya sopi-sopi, lisplang, jendela, serta pintu yang bentuknya relatif sederhana.
Jika Anda penasaran dan ingin mengetahui bentuk rumah Bubung lebih dalam, saat ini bangunan tersebut masih berdiri dan tersebar di wilayah Riau, yakni Kabupaten Lingga di daerah Daik serta Dabo Singkep.
(sumber : Rumahku.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News