Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara resmi menetapkan harga indeks pasar (HIP) bahan bakar nabati (BBN) Biodiesel untuk perdagangan Mei 2024 sebesar Rp 12.453 per liter.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi mengatakan, HIP BBN Biodiesel sebesar Rp 12.453 per liter berlaku efektif mulai 1 Mei 2024.
"HIP BBN Biodiesel bulan Mei 2024 naik Rp 275 per liter, apabila dibandingkan dengan April lalu yang berada di angka Rp 12.178 per liter," kata Agus Rabu (1/5/).
Emiten sawit pemasok biodiesel, PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) menyatakan bagi bisnis downstream biodiesel, kenaikan harga HIP biodiesel dari 12.178 ke 12.453 per liter tidaklah terlalu berpengaruh, karena biaya bahan baku CPO juga naik dari Rp 12.666 ke 12.954 per kg (rata-rata KPB April).
Baca Juga: Harga CPO Masih Turun, Simak Sentimen dan Prospeknya ke Depan
"Kenaikan harga ini justru berdampak positif terhadap industri upstreamnya yaitu perkebunan sawit," kata Corporate Secretary JARR Irena Cyntia kepada KONTAN, Jumat (3/5).
Irene menjabarkan, strategi perusahaan dalam memanfaatkan momen kenaikan harga ini adalah meningkatkan produktifitas TBS dengan memastikan operasional excellence/good agriculture practices berjalan dengan baik dan memastikan semua TBS yg tersuplai bisa diolah secara tuntas di pabrik sawit dan pabrik biodiesel.
Adapun, target penjualan untuk biodiesel atau Fatty Acid Methyl Ester (FAME) JARR diproyeksikan bakal tumbuh positif menjadi 318,754 kilo liter (KL) di tahun 2024 atau meningkat 0,73% dibanding tahun lalu sebesar 316,444 KL.
Sementara itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan program biodiesel jangan sampai merugikan industri CPO. Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan, jika dinaikkan menjadi B50 sebaiknya dipertimbangkan karena pasti yang akan dikorbankan adalah devisa atau ekspor, karena 5 tahun terakhir ini produksi stagnan.
Menurut Eddy, akan menjadi masalah jika pasokan minyak nabati berkurang maka harga minyak nabati dunia termasuk sawit akan naik.
Baca Juga: Soal Program Mandatori Biodiesel B40, Begini Tanggapan Gapki
"Kalau harga minyak nabati dunia naik maka harga minyak sawit dalam negeri juga akan ikut naik apabila pasokan kurang," ujar Eddy kepada KONTAN, Jumat (3/5).
Untuk diketahui, program biodiesel saat ini adalah mencampurkan 35% fatty acid methyl ester dalam solar atau B35.
Namun Presiden terpilih Prabowo Subianto berniat untuk meningkatkan program biodiesel saat ini menjadi B50 sampai 2042.
Eddy memandang program B35 menjadi B40 akan mengurangi volume ekspor CPO. Sementara itu, volume produksi CPO akan stabil hingga 50 juta ton dalam beberapa tahun. Berdasarkan data Gapki, produksi CPO pada 2023 mencapai 50,06 juta ton, produksi CPKO mencapai 4,77 juta ton. Total ekspor CPO 2023 mencapai 32,21 juta ton.
Lebih lanjut, implementasi program B40 akan mengubah volume ekspor CPO menjadi 25 juta ton yang akan berdampak pada kenaikan harga CPO di pasar ekspor lantaran 60% CPO di pasar ekspor dipasok oleh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News