kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik Untung Rugi Baterai Listrik LFP dan NMC


Minggu, 28 Januari 2024 / 15:08 WIB
Menilik Untung Rugi Baterai Listrik LFP dan NMC
ILUSTRASI. Selain teknologi LFP, terdapat teknologi lain untuk baterai mobil listrik seperti NMC, kombinasi Nikel, Mangan dan Kobalt


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) 2024 memunculkan istilah Lithium Ferro Phosphate (LFP) yang merupakan salah satu teknologi untuk baterai mobil listrik. Selain teknologi LFP, terdapat teknologi lain untuk baterai mobil listrik seperti NMC, kombinasi Nikel, Mangan dan Kobalt.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahjana mengungkapkan, kedua jenis baterai ini memiliki pasarnya masing-masing.

"(Ada pasar) low-end sama high-end. Dua-duanya kan menguntungkan. High-end kan mahal, untuk apa pakai LFP yang jaraknya pendek kemudian berat," terang Agus ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (28/1).

Baca Juga: Baterai Jenis Lithium Ion Phosphate Diminati, Nikel Terancam Masih Menarik?

Agus mengungkapkan, kendaraan listrik low-end pasti menggunakan baterai LFP. Sementara itu, untuk pasar kendaraan listrik high-end akan menggunakan NMC. Ia mencontohkan, kendaraan listrik Hyundai berjenis Ioniq sudah dipastikan menggunakan baterai NMC.

Sementara itu, kepadatan maupun kapasitas energi kedua jenis baterai umumnya berbeda.

Tingkat kepadatan dari LFP dinilai lebih rendah. Jika kemudian teknologi LFP ingin meningkatkan kapasitasnya maka volumenya juga akan bertambah. Cara ini dinilai tidak cocok diaplikasikan pada kendaraan high end.

Baca Juga: Pamor Nikel Indonesia Dinilai Masih Cerah untuk Jangka Panjang, Ini Alasannya

"Bayangkan kamu pakai mobil yang mahal (tapi) habis beratnya sama baterai, ya gak cocok," jelas Agus.

Agus menjelaskan, untuk kendaraan listrik yang mahal atau high-end maka sebaiknya memang menggunakan teknologi baterai yang mahal seperti NMC karena dapat menghemat ruang dan lebih ringan. 

Sementara itu, jenis kendaraan murah atau low-end dan armada transportasi seperti truk maupun bus dapat menggunakan teknologi LFP.

Dari segi usia penggunaan, LFP dinilai lebih unggul ketimbang NMC, salah satu faktornya yakni tingkat serapan atau konsumsi energi LFP yang lebih rendah.

Meskipun dari sisi harga teknologi NMC masih lebih mahal, tren penurunan harga dinilai terus terjadi.

Agus pun menegaskan, dalam pembangunan pabrik baterai diperlukan pabrik dengan skala internasional dengan investasi yang juga tergolong besar.

"Pabrik baterai itu gak bisa hanya skala negara, entah itu LFP atau NMC itu (harus) skala internasional. Jika kita membatasi harus pakai NMC karena kita punya NMC, (nanti) orang kabur," kata Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×