Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengumumkan rencana strategis untuk keluar dari bisnis batubara seiring dengan habisnya cadangan batubara di beberapa konsesi tambang grup antara tahun 2025 hingga 2027.
Dengan komitmen mencapai netralitas karbon pada 2030, TOBA fokus memperluas bisnis berkelanjutan dalam sektor energi terbarukan, kendaraan listrik, dan pengelolaan limbah sebagai bagian dari visi "Towards a Better Society 2030."
Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) TOBA resmi menyetujui divestasi dua aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas total 200 MW, yaitu PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP).
Baca Juga: TBS Energi (TOBA) Lepas 2 PLTU dengan Nilai Divestasi US$144 Juta
Divestasi ini menghasilkan nilai transaksi sebesar US$ 144,8 juta atau sekitar Rp2,3 triliun yang akan digunakan untuk memperkuat arus kas perusahaan. Direktur TOBA, Juli Oktarina, menyatakan bahwa langkah ini akan mendukung target netralitas karbon dan mampu mengurangi emisi karbon hingga 80%, atau sekitar 1,3 juta ton CO? per tahun.
TOBA mengungkapkan bahwa cadangan batubara dari tambang milik PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN) akan habis pada 2025, sementara operasi PT Trisensa Mineral Utama dan PT Indomining diperkirakan akan berakhir pada 2026-2027.
TOBA memastikan tidak akan memperpanjang izin tambang atau mengakuisisi konsesi batubara baru, mengingat fokusnya kini beralih ke proyek energi hijau.
“Dengan habisnya cadangan batubara, pendapatan dari sektor ini diperkirakan akan menurun, namun kami yakin langkah transformasi ini akan memberi dampak positif jangka panjang,” kata Juli Oktarina saat ditemui usai RUPSLB di Jakarta Pusat, Kamis (14/11).
Roadmap Bisnis Hijau TOBA
TOBA telah memulai sejumlah inisiatif hijau untuk mendukung transisi bisnis berkelanjutan salah satunya pengembangan Kendaraan Listrik (EV). TOBA, melalui unit EV-nya, Electrum, telah meluncurkan 3.010 kendaraan listrik roda dua di Jakarta selama sembilan bulan pertama 2024.
Selain itu, perusahaan telah memasang 230 stasiun penukaran baterai di beberapa wilayah, memperkuat ekosistem EV di Indonesia.
Model terbaru, Electrum H3i, menawarkan fitur dan warna baru untuk pasar konsumen, sementara H1 ditujukan untuk bisnis (B2B) dengan baterai ganda dan jarak tempuh lebih panjang.
Selain itu, Pada Februari 2024, TOBA menandatangani Perjanjian Pembelian Listrik (PPA) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung di Batam dengan kapasitas 46 MWp, yang ditargetkan beroperasi penuh pada kuartal keempat 2025.
Direktur Mufti Utomo menyatakan proyek ini sesuai jadwal dan menunjukkan komitmen TOBA pada pengembangan energi terbarukan.
Perusahaan juga sudah memperluas bisnis pengelolaan limbah yang kini menyumbang US$ 3,7 juta dalam EBITDA pada tahun ini. Ini mencerminkan bahwa fokus keberlanjutan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Dana dari divestasi PLTU akan dialokasikan ke sektor berkelanjutan, memperkuat struktur modal, dan mendukung rencana pembelian kembali saham demi meningkatkan nilai bagi pemegang saham.
“Melalui investasi di energi terbarukan, kendaraan listrik, dan pengelolaan limbah, TOBA semakin dekat pada target netralitas karbon, memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat,” kata Juli Oktarina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News