kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   9.000   0,46%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Menjahit Masa Depan Industri Fesyen, Butuh Kolaborasi dan Dukungan Pemerintah


Jumat, 13 Juni 2025 / 14:50 WIB
Menjahit Masa Depan Industri Fesyen, Butuh Kolaborasi dan Dukungan Pemerintah
ILUSTRASI. JF3 Talk Volume 3 digelar pada Rabu (11/6/2025)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri fesyen Indonesia tengah menghadapi tantangan struktural yang menghambat laju pertumbuhannya. Padahal, potensi kreator dan talenta lokal sangat besar.

Thresia Mareta, Advisor JF3 sekaligus Founder LAKON Indonesia, menilai potensi itu sulit dimaksimalkan tanpa sinergi seluruh ekosistem. Menurutnya, dibutuhkan dukungan konkret dan kolaborasi lintas sektor agar industri ini punya fondasi yang kuat dan berkelanjutan.

Salah satu langkah untuk memperkuat ekosistem ini adalah penyelenggaraan JF3 Fashion Festival 2025, yang akan digelar di Summarecon Mall Kelapa Gading pada 24–27 Juli dan Summarecon Mall Serpong pada 30 Juli–3 Agustus. Festival ini menjadi ruang temu pelaku industri dan penggerak ekosistem kreatif.

“Kami berkomitmen menciptakan ekosistem yang sehat dan progresif bagi para pelaku industri mode. Harapannya, fesyen Indonesia bukan hanya menjadi tren sesaat, tetapi menjadi kekuatan budaya dan ekonomi yang diakui secara global,” ungkap Thresia, Rabu (13/6).

Baca Juga: Strategi Mega Perintis (ZONE) Bertahan di Bisnis Fesyen

Namun, berbagai hambatan masih mengadang, mulai dari kebijakan yang belum sejalan dengan kebutuhan industri, hingga kualitas bahan baku lokal yang belum mampu bersaing di pasar global.

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar mengakui, pengolahan bahan baku menjadi tantangan utama. Meski kaya sumber daya, teknologi Indonesia masih tertinggal. “Masalahnya bukan pada kreativitas, tapi pada pembuktian kualitas,” ujarnya.

Kemenerekraf kini fokus mendorong penguatan desain lokal, khususnya fesyen berbasis warisan budaya seperti batik dan tenun, sekaligus mengembangkan produk ready to wear yang relevan secara global.

Dengan populasi muslim yang besar, pemerintah juga menargetkan Indonesia sebagai pusat fesyen muslim Asia. Untuk itu, beberapa langkah strategis dijalankan: penjajakan pasar luar negeri, kolaborasi dengan Prancis, partisipasi di Osaka World Expo 2025, dan penetrasi pasar Jepang serta Hong Kong.

Baca Juga: BTN Perluas Layanan Digital, Sasar Ekosistem Fesyen dan Gaya Hidup

Digitalisasi juga jadi andalan ekspansi global. Tapi Irene menekankan pentingnya kesiapan pelaku industri, terutama dalam hal kualitas produk, standar global, dan kapasitas produksi.
Ia menyebut tiga fondasi penting untuk memperkuat industri: transparansi keuangan, pendidikan yang relevan dengan kebutuhan industri, dan peningkatan keterampilan SDM.

“Industri fesyen bukan hanya soal produksi massal, tapi soal penciptaan nilai yang berkelanjutan,” tegasnya.

Dia bilang, pemerintah juga mendorong diplomasi budaya dan ekonomi, dengan membawa brand terkurasi ke pasar internasional. “Umpan balik dari pelaku industri juga penting agar setiap kebijakan benar-benar menjawab kebutuhan di lapangan.” pungkasnya. 

Selanjutnya: Jakarta akan Naikkan Tarif Parkir dan ERP, Begini Respons Hippindo

Menarik Dibaca: iPhone 16 Harga Juni 2025 vs iPhone 16 Pro, Cek Review Singkat Berikut Ini!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×