Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Dampak dari pelarangan ekspor nikel yang bertujuan untuk meningkatkan hilirisasi saat ini mulai dirasakan. Para pelaku usaha di Korea Selatan dan Cina menyatakan minatnya membangun pabrik di Indonesia. Seiring melonjaknya harga nikel, beberapa perusahaan sudah berniat membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di Indonesia.
"Pada pertemuan dengan LG Chemical di Seoul beberapa hari lalu mereka mengatakan sedang mempertimbangkan pengembangan fasilitas produksi _lithium battery_nya di Indonesia setelah mendengar rencana Indonesia untuk menerapkan pelarangan ekspor biji nikel efektif Januari 2020 dan juga setelah harga nikel di pasar global yang terus naik,” kata Menko Luhut, di Beijing, Minggu (22/9) usai menghadiri ASEAN-China Expo di kota Nanning, selatan Cina., dalam siaran pers.
Baca Juga: Kementerian ESDM: Bijih Bauksit dan Timah Tetap Bisa Ekspor
Tetapi menurutnya, LG Chemical masih belum menentukan mitra dengan perusahaan, bisa saja dengan Cina atau Volkwagen, perusahaan pembuat mobil Jerman yang sekarang sedang mengembangkan produk mobil listriknya.
Ini mendukung rencana pemerintah mengembangkan kendaraan listrik. Sebagaimana diketahui, bahan baku baterai mobil listrik adalah nikel dengan kadar di bawah 1,4% yang saat ini masih diekspor.
"Mobil listrik juga menggunakan aluminium dan carbon steel seperti untuk bagian casisnya, mesin dll. Dengan demikian kita berharap penerimaan pajak akan meningkat dan membuka lebih banyak lapangan kerja,” jelasnya.
Di sela-sela kunjungannya ke Expo tersebut Menko Luhut sempat bertemu dengan Wakil Ketua Komisi Pembangunan Nasional dan Reformasi Cina (NDRC) Ning Jizhe.
Baca Juga: Kementerian ESDM siapkan regulasi untuk menggenjot eksplorasi tambang mineral
Mr. Ning menyampaikan bahwa dampak peraturan baru ini juga dirasakan oleh negaranya yang 50%-75% pasokan nikel bergantung pada ekspor dari Indonesia.
Pada pertemuan itu Menko Luhut meminta Ning untuk menyampaikan keberatan Indonesia atas Cina atas penerapan kenaikan bea masuk antidumping terhadap produk baja stainless asal Indonesia. Ning berjanji untuk menindaklanjuti.
Di lain pihak, Ning meminta Menko Luhut untuk membantu percepatan pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung. Menko Luhut mengatakan akan menyampaikan kepada pemerintah RI. Progres proyek kereta cepat Jakarta-Bandung hingga saat ini mencapai 28%.
Selain itu kedua pemimpin membicarakan kemungkinan-kemungkinan investasi di Indonesia. Menko Luhut mengusulkan agar proyek-proyek investasi tersebut juga melibatkan investor United Arab Emirates. Mr.Ning mengatakan UEA bukan mitra yang asing untuk negaranya, karena Cina telah membangun beberapa proyek infrastruktur di sana, dan Mr. Ning merasa puas dengan apa yang telah mereka kerjakan bersama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News