Reporter: Rr Dian Kusumo Hapsari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Keterbatasan dan ketidakpastian alokasi gas bumi saat ini, membuat Kementerian Perindustrian menjadi cemas. Sebab, ada kemungkinan pasokan gas tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk sektor industri di waktu mendatang.
Menurut Benny Wachyudi, Dirjen Kementerian Perindustrian mengatakan, "Gas ini merupakan bahan baku dan sumber energi bagi kita untuk mengembangkan peridustrian yang saat ini terus bertambah," tuturnya Selasa (29/10) saat ditemui seusai diskusi di Jakarta.
Ditambah lagi, saat ini, kebijakan pemerintah tentang Permen ESDM No 19 tahun 2009 tentang open access pada sektor hilir migas yang sudah mendekati masa tengat, membuat Kemenperin menjadi kebingungan bagaimana alokasi gas tersebut nantinya.
Bennny menjelaskan, apabila pasokan gas berkurang dan harga gas yang terus melambung, pihaknya menjadi kewalahan mengatasi pertumbuhan industri yang terus berkembang membuat permintaan bahan baku (gas) menjadi bertambah.
Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Benny, kebutuhan gas paling besar diperuntukan untuk industri pupuk urea. " Untuk kebutuhan gas yang paling besar ada di industri pupuk, sebesar 797,00 mmscfd. Sedangkan yang kedua adalah pengembangan Petrokimia sebesar 393,54 mmscfd," jelasnya.
Apabila alokasi dan ketersediaan pasokan gas yang tidak menentu secara terus menerus seperti ini, industri di Indonesia tidak dapat berkembang.
Benny mengatakan, hebohnya permasalahan open access pada sektor hilir migas yang sedang ramai dibicarakan saat ini diharapkan tidak akan menghalangi pendistribusian pasokan gas ke sektor industri juga mengurangi adanya monopoli distribusi gas yang berdampak pada tingginya harga gas.
"Sekali lagi hal ini butuh pengawasan dan ketegasan dari pemerintah," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News