Reporter: Amalia Fitri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - ROKAN HULU. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menyebutkan keuntungan bagi petani yang mengikuti program BUMN untuk Sawit Rakyat harus tercapai sesuai target.
Ditemui dalam acara peluncuran BUMN Untum Sawit Rakyat di daerah Rokan Hulu, Riau, pada Kamis (11/4), dirinya menyatakan pentingnya program ini.
"Kami menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak. kita bisa melakukan peremajaan dari kebun plasma petani mandiri. Ini penting karena merupakan program Presiden. Sejak 2017, Presiden sudah melihat banyak lahan plasma petani sawit yang memasuki satu siklus yang tidak produktif lagi sehingga harus dilakukan peremajaan. Dari sini lahirlah program yang terdiri dari iuran kebun-kebun besar sehingga dapat melakukan replanting atau peremajaan," jelasnya saat ditemui dalam acara peluncuran BUMN Untuk Sawit Rakyat, Kamis (11/4).
Lebih lanjut, Rini menjelaskan pendanaan melakukan peremajaan diberikan kepada para petani sebesar Rp 25 juta.
"Jumlah ini memang belum cukup, sebab replanting setidaknya membutuhkan Rp 58 juta. Tetapi, uang Rp 25 juta yang diberikan kepada petani, memang tidak harus dikembalikan. Nah sisanya, yaitu sejumlah Rp 33 juta, bisa diambil melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari bank-bank di bawah Himbara, dengan bunga 7%," jelasnya.
Dalam program ini, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V juga akan membina dan mengawasi secara teknis penanaman lahan plasma sawit dalam jangka waktu tiga tahun hingga lima tahun ke depan.
Di sisi lain, saat menunggu replanting, petani tetap bekerja dan mendapatkan upah dari PTPN V. BUMN selaku pemegang saham PTPN V, juga mewajibkan PTPN V untuk memenuhi target.
"Jika target tak tercapai, PTPN V harus nombok! Tujuannya agar PTPN V komit terhadap targetnya," seru Rini.
Di sisi lain, BUMN juga melihat banyaknya lahan inti yang masih belum tergarap. Melihat hal tersebut, BUMN dengan Pertamina, berencana membuat biosolar, dengan memanfaatkan sawit sebagai tenaga diesel ramah lingkungan.
"Inilah yang diharapkan jika kami membina dan merangkul para petani plasma," tutur Rini.
Di sisi lain, salah satu petani plasma asal Rokan Hulu, Agus, berkisah jika sejak tahun 2000 kondisi sawit sangatlah buruk. Harga turun dan dia kesulitan untuk menggenapi perawatan sawit.
Program Sawit untuk Rakyat, menurutnya dapat memberi harapan supaya dapat kembali mengolah sawit dengan berdaya.
"Harapannya, dengan program ini semua bisa seimbang. Harga sawit bisa seimbang dengan harga pupuk dan biaya perawatannya. Tahun lalu, kondisi sawit kami anjlok dan sangat buruk. Harga sawit turun, tapi biaya perawatan tinggi. Contohnya, pupuk paling murah dihargai Rp 261.000 per sak. Sementara sawit hanya dihargai di kisaran Rp 1.100 per ton," ujarnya.
Program BUMN Sawit untuk Rakyat merupakan bagian dari program ulang tahun kementerian BUMN.
Selain meluncurkan program BUMN Untuk Sawit Rakyat, Kementerian BUMN juga meluncurkan produk Walini, dan pembagian sembako kepada warga Riau dan Rokan Hulu.
Program BUMN untuk Sawit Rakyat mengambil lahan di lima daerah yakni, Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Siak, dan Indragiri Hulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News