kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menteri ESDM minta PLN proaktif serap pasar dari kalangan badan usaha


Jumat, 06 Maret 2020 / 14:09 WIB
Menteri ESDM minta PLN proaktif serap pasar dari kalangan badan usaha
ILUSTRASI. Jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di Depok (10/2).


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk proaktif dalam menyerap potensi pasar dari badan usaha.

Menteri ESDM Arifin Tasrif bilang langkah ini diperlukan demi menyalurkan tenaga listrik yang dihasilkan dari proyek 35.000 MW sebab realisasi pertumbuhan konsumsi yang lebih rendah dari asumsi.

Baca Juga: Menteri ESDM: Gas masih jadi tulang punggung, perlu penanganan yang tepat

"Kan proyek 35.000 MW asumsi jumlah berdasarkan pertumbuhan konsumsi tinggi 6,5 % tapi kenyataannya 4% an sehingga tenaga listrik berlebih artinya tenaga listrik ini harus disalurkan supaya jangan ada pembangkit yang idle," ungkap Arifin ditemui di kantornya, Jumat (6/3).

Arifin melanjutkan, langkah ini juga sebagai upaya agar nantinya pembangunan pembangkit akan lebih difokuskan pada jenis pembangkit EBT.

Asal tahu saja, Kementerian ESDM sebelumnya merevisi target mega proyek kelistrikan ini. Proyek 35.000 MW yang semula ditargetkan rampung pada 2025 akhirnya mundur ke tahun 2029. Arifin menjelaskan, revisi target ini dilakukan sebab pemerintah perlu memastikan jalannya proyek dibarengi pula dengan penyerapan tenaga listrik.

Ia melanjutkan, dengan reserve margin tenaga listrik PLN di atas 30% maka sangat memungkinkan untuk menarik badan usaha atau industri agar bisa menggunakan listrik dari PLN.

Baca Juga: Kementerian ESDM: Tidak ada kenaikan tarif listrik hingga Juni 2020

"Di atas 30% memungkinkan untuk bisa menarik industri untuk menyerap listrik. Perlu proaktif PLN, ini Business to Business (B to B), marketing, PLN harus lebih didorong," jelas Arifin.




TERBARU

[X]
×