Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbekal populasi muslim terbanyak di dunia, Indonesia bisa mengalap berkah dari pengembangan objek wisata halal. Namun pemerintah bisa saja gagal mengoptimalkan potensi itu.
Sebab, minimnya literasi menjadikan isu halal sebagai sentimen negatif yang memantik polemik.
Kajian Bank Indonesia (BI) menyebutkan, tahun lalu, terdapat 140 juta wisatawan muslim di dunia dengan belanja online sebesar US$ 35 miliar. Jumlah itu akan meningkat menjadi 158 juta orang pada tahun 2020.
Baca Juga: Punya potesi besar, BI dorong pengembangan pariwisata halal
"Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan wisata halal sekaligus menjadi pendorong ekonomi nasional," ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, dalam acara Indonesia Halal Tourism Summit 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (15/11).
Namun, sejauh ini Indonesia belum menjadi tujuan utama bagi wisatawan muslim. Bahkan, Indonesia masih kalah dibandingkan Thailand dan negara-negara di kawasan Eropa yang notabene agama Islam bukan menjadi mayoritas.
State of the Global Islamic Economy Report 2018/19 (Laporan kerja sama antara Thomson Reuters dan Dinar Standard) mencatat tujuan wisata halal tahun 2017 adalah Arab Saudi, disusul Turki, Malaysia, Uni Emirat Arab dan Bahrain, untuk negara Islam.
Di kategori negara non Islam, tujuan wisata halal adalah Rusia, Spanyol, Prancis, Thailand dan Singapura.
Di sisi lain, Global Muslim Travel Index (GMTI), menetapkan Indonesia dan Malaysia sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia 2019, mengungguli 130 destinasi di dunia.
Ada empat kriteria yang digunakan sebagai acuan penilaian yakni meliputi access, communication, environment, dan services (ACES).
Baca Juga: Gubernur NTT sebut wisatawan miskin tak boleh ke Labuan Bajo, begini maksudnya
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan asing dari negara berpenduduk muslim khususnya kawasan Timur Tengah masih minim.
Hingga akhir September 2019, hanya 210.994 wisatawan dari Timur Tengah yang melancong ke Indonesia atau 1,72% dari total kunjungan wisatawan mancanegara.
Sebenarnya pemerintah sudah menangkap peluang wisata halal. Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) 2015-2025, pemerintah menetapkan destinasi halal adalah provinsi Aceh, Sumatra Barat, Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.
Masalahnya, daerah tersebut bukanlah magnet bagi wisatawan. Di sektor pariwisata global, Indonesia hanya terkenal dengan Bali.
Baca Juga: Ratusan miliar dana investor mengalir deras ke startup kopi
Namun saat pemerintah ingin mewujudkan wisata halal di Bali, malah menimbulkan polemik.
"Masih banyak yang salah mendefinisikan pariwisata halal. Dulu ada 10 destinasi pariwisata halal menimbulkan persepsi non muslim jangan-jangan menjadi eksklusif, padahal tidak," ungkap Sapta Nirwandar, Ketua Indonesia Halal Lifestyle Centre.
Oleh karena itu, pemerintah harus memperkuat literasi tentang wisata halal. Masyarakat dan pelaku pariwisata harus memahami referensi wisata halal, yakni pelayanan kepada pelancong muslim di destinasi pariwisata.
Baca Juga: Punya potesi besar, BI dorong pengembangan pariwisata halal
Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran, menilai ada kendala sertifikasi untuk mendukung pariwisata halal. Hal itu terutama untuk produk makanan dan minuman.
Pasalnya, banyak pengusaha makanan dan minuman di sekitar wilayah pariwisata yang berstatus usaha mikro kecil menengah. "Di daerah, kami kesulitan mencari vendor yang sudah terverifikasi halal," ujar Maulana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News