Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Merck Tbk berencana memperkuat divisi bisnis biofarma. Saat ini, perusahaan farmasi berkode saham MERK di Bursa Efek Indonesia itu sedang mengurus izin produksi obat kanker kulit bernama Bavencio dan obat untuk multiple sklerosis yakni Mavenclad.
Sebelum memasarkan kedua produk itu, Merck harus mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sementara untuk mengajukan persyaratan BPOM, mereka juga harus mendapatkan persetujuan dari beberapa negara lain. Asal tahu, baik Bavencio maupun Mavenclad sudah rilis di negara lain.
Manajemen Merck mengatakan, butuh waktu lama dalam setiap rencana pemasaran produk obat. "Diperkirakan tiga tahun hingga lima tahun mendatang obat tersebut baru akan launch di Indonesia, ujar Evie Yulin, Direktur Divisi Biopharma PT Merck Tbk di Jakarta, Senin (25/6).
Biarpun begitu, Merck optimistis produk yang tengah dipersiapkan itu bakal diterima pasar. Dalam kesempatan yang sama, Bambang Nur-cahyo, Direktur Keuangan PT Merck Tbk, mengatakan penyakit kanker sangat berbahaya. Makanya, kebutuhan obat kanker cukup besar.
Sementara secara bisnis, bisnis biofarma memang menjanjikan. Sepanjang tahun lalu, bisnis itu menorehkan pertumbuhan penjualan 13,88% year on year (yoy) menjadi Rp 499,26 miliar. Padahal menurut catatan Merck, industri farmasi periode itu hanya naik 5,3%.
Tahun lalu, penjualan dari bisnis biofarma menempati urutan kedua terhadap total penjualan Merck Rp 1,16 triliun. Kontributor utama penjualan adalah bisnis kesehatan konsumen sebesar Rp 557,75 miliar. Sisanya adalah penjualan dari bisnis lain-lain yakni Rp 99,63 miliar.
Sementara dari sisi produksi, Merck memproduksi 741 juta tablet dan kapsul. Raihan itu naik 0,81% dari target yang awal yakni 735 juta tablet dan kapsul. Pemicu kenaikan produksi adalah pertumbuhan pasar ekspor hingga sebesar 47%.
Komposisi penjualan tahun 2017 berlanjut hingga kuartal I 2018. Bisnis biofarma tetap berada pada posisi kedua dengan torehan penjualan Rp 129,97 miliar atau 41,75% terhadap total penjualan Rp 311,34 miliar. Kontribusi penjualan selebihnya terdiri dari Rp 163,66 miliar kesehatan konsumen dan Rp 17,71 miliar bisnis lain-lain.
Selama triwulan pertama tahun ini, Merck memiliki dua pelanggan besar dengan transaksi melebihi 10% terhadap total penjualan. PT Anugrah Argon Medica adalah pelanggan bisnis biofarma dengan transaksi Rp 123,31 miliar sedangkan PT Anugrah Argon Medica merupakan pelanggan bisnis kesehatan konsumen dengan nilai transaksi Rp 152,24 miliar.
Informasi saja, rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) Merck yang berlangsung kemarin, menyetujui pembagian dividen sebanyak 75% dari laba bersih 2017 yang mencapai Rp 144,68 miliar. "Hasil RUPST menyetujui pembagian dividen Rp 260 per saham," beber Melisa Sandrianti, Sekretaris Perusahaan PT Merck Tbk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News