Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) ingin menjaga kinerja positif dengan level pertumbuhan di atas 15%. IPCC menyiapkan strategi untuk mengantisipasi dampak dari dinamika ekonomi secara global maupun domestik.
IPCC berupaya mempertahankan pertumbuhan kinerja yang tercapai pada awal tahun ini. Pendapatan operasi mengalami kenaikan 15,73% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp 175,63 miliar menjadi Rp 203,27 miliar pada kuartal I-2025.
Kinerja IPCC ditopang oleh pendapatan dari bisnis pelayanan jasa terminal yang tercatat sebesar Rp 183,56 miliar atau setara dengan 90,30% dari total pendapatan IPCC pada kuartal I-2025. Pendapatan dari pelayanan jasa terminal IPCC naik 15,24% (yoy) dari Rp 159,28 miliar menjadi Rp 183,56 miliar.
Pada periode yang sama, IPCC membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 51,17 miliar atau tumbuh 33,32% dibandingkan kuartal I-2024, yang kala itu sebesar Rp 38,38 miliar. Direktur Utama Indonesia Kendaraan Terminal, Sugeng Mulyadi meyakini IPCC bisa menjaga pertumbuhan kinerja di sisa tahun ini.
Baca Juga: Kinerja Keuangan Melesat, PAM Mineral (NICL) Beberkan Faktor Pendorongnya
"Untuk target pendapatan dan laba bersih kami optimis dapat tumbuh di atas 15%. Melihat capaian traffic kargo Internasional pada Semester I-2025 yang tumbuh cukup baik, IPCC yakin dapat memenuhi target 2025 lebih baik dari pencapaian tahun 2024," ungkap Sugeng saat dihubungi Kontan.co.id, kemarin (20/7).
IPCC akan fokus mencermati perkembangan dinamika ekonomi global dan domestik, yang bisa membawa tantangan sekaligus peluang pada semester II-2025. Sugeng menyadari eskalasi geopolitik dan potensi gangguan rantai pasok global dapat memengaruhi arus distribusi kendaraan di pelabuhan.
Sugeng menyoroti pengenaan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat yang berpotensi membawa tantangan bagi ekspor produk otomotif nasional. Namun di sisi yang lain, IPCC melirik peluang dari upaya pemerintah mempercepat kerja sama perdagangan komprehensif dengan Uni Eropa alias Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
"Kesepakatan ini diharapkan membuka pasar ekspor baru dan menjaga daya saing produk otomotif Indonesia, yang otomatis turut mendukung aktivitas bongkar muat di terminal kendaraan IPCC," ujar Sugeng.
Sedangkan di dalam negeri, IPCC mencermati dampak dari pelemahan daya beli atau tingkat konsumsi masyarakat yang turut menekan penjualan mobil di pasar domestik. Hanya saja, Sugeng meyakinkan bahwa kondisi ini tidak berdampak signifikan lantaran IPCC tidak bergantung pada pasar domestik.
Layanan IPCC mayoritas terkait dengan pasar internasional melalui ekspor-impor yang berkontribusi sekitar 75% pada pendapatan. Meski begitu, IPCC menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan layanan dan pendapatan di pasar domestik.
Baca Juga: Bursa Akhirnya Mendepak Sejumlah Emiten Bermasalah
Memperkuat Layanan Domestik
IPCC mengusung strategi diversifikasi layanan logistik kendaraan terintegrasi seperti layanan Pre-Delivery Center (PDC), logistik car carrier dan value added service. IPCC terus melakukan peningkatan pola operasional, penguatan sistem informasi serta penguatan kerja sama dengan principal otomotif dan perusahaan pelayaran.
IPCC menempuh strategi itu agar arus kendaraan tetap tumbuh optimal. Selain itu, IPCC berencana untuk memperkuat konektivitas, integrasi layanan dan standarisasi operasi melalui ekspansi bisnis terminal operasi satelit di wilayah timur Indonesia.
Dalam inisiatif strategis pada tahun 2025, IPCC mengoperasikan secara penuh terminal RoPax (RoRo Passenger) di Terminal Satelit Trisakti, Banjarmasin serta rencana pengoperasian Terminal di Surabaya. IPCC terus berupaya membangun hubungan yang berkesinambungan dengan para automaker dan perusahaan logistik.
Sugeng meyakini, sejumlah langkah tersebut dapat meningkatkan market share IPCC pada jenis layanan stevedoring maupun cargodoring yang terintegrasi. Hal ini sesuai dengan visi IPCC yang ingin menjadi pemimpin ekosistem logistik kendaraan.
Sugeng meyakini kombinasi strategi jangka pendek dan panjang tersebut bisa menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan IPCC di tengah tantangan global. "Kami optimistis melalui fleksibilitas operasional, dukungan infrastruktur pelabuhan yang mumpuni, serta komitmen meningkatkan layanan bernilai tambah akan menjadi kunci untuk menangkap peluang baru dan mempertahankan kepercayaan pelanggan," kata Sugeng.
Pada tahun ini, IPCC mengalokasikan belanja modal sekitar Rp 7,4 miliar, yang akan dipakai untuk rencana investasi yang terbagi pada tiga fokus. Pertama, peningkatan infrastruktur perangkat teknologi informasi guna mendukung kegiatan operasional.
Kedua, penguatan keamanan cargo dari potensi risiko overspray melalui investasi jaring pengaman overspray. Ketiga, persiapan pembangunan car storage building. "Realisasi investasi di semester pertama mencapai 55,69% dan optimis dapat direalisasikan penuh di penghujung tahun 2025," tandas Sugeng.
Baca Juga: Sido Muncul (SIDO) Memacu Diversifikasi Produk dan Perluas Pasar Ekspor
Selanjutnya: Tarif Rendah Tak Jamin Ekspor Aman, Biaya Produksi yang Tinggi Masih Jadi Problem
Menarik Dibaca: Update Terkini Gift Code Ojol The Game 21 Juli 2025 dari Codexplore
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News