Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengakui bahwa pandemi Corona masih bisa membawa dampak besar terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. Namun begitu, manajemen KAI memastikan tetap memperhatikan kesejahteraan karyawan di masa pandemi ini.
Vice President Public Relations PT KAI Joni Martinus menyebut, kondisi bisnis KAI memang sedang sulit selama pandemi Covid-19. Terbukti, rata-rata volume penumpang kereta api (KA) jarak jauh dan lokal sepanjang bulan Juli berjalan baru mencapai 36.693 penumpang per hari.
Baca Juga: Ini denda bagi warga yang tidak mengenakan masker, berlaku mulai Senin 13 Juli 2020
Padahal, di bulan Februari lalu ketika wabah belum merajalela, rata-rata volume penumpang KA jarak jauh dan lokal masih bisa mencapai 229.988 penumpang per hari. Namun, ia menegaskan bahwa KAI tidak akan melakukan PHK dan pemotongan gaji terhadap para karyawannya selama masa pandemi.
Joni menambahkan, lonjakan kasus Covid-19 membuat KAI harus terus melakukan penyesuaian pengoperasian KA, khususnya untuk rute jarak jauh.
Dalam hal ini, jika tren penggunaan KA meningkat, maka KAI akan mengoperasikan KA tersebut. “Jika okupansinya rendah, maka akan dilakukan penghentian operasi sementara untuk rute dan tanggal tertentu,” sambung dia ketika dihubungi Kontan, Selasa (14/7).
KAI juga menyiapkan sejumlah strategi untuk menjaga kondisi keuangan bilamana pandemi Corona terus mengancam kelangsungan operasi perusahaan.
Baca Juga: Pandemi covid-19 akan mempengaruhi pengelolaan pendidikan dan sekolah
Di antaranya adalah menerapkan tata kelola arus kas berbasis skala prioritas, mengoptimalkan dan talangan dari Kementerian Keuangan senilai Rp 3,5 triliun untuk memperkuat likuiditas, mengurangi belanja modal di tahun ini dari Rp 12 triliun menjadi Rp 9 triliun, renegosiasi ulang pembayaran dengan sejumlah vendor, restrukturisasi kredit ke perbankan, mengajukan keringanan pajak, hingga melakukan digitalisasi di seluruh lini bisnis.
KAI juga menata ulang seluruh lini bisnisnya untuk menghadapi fase kenormalan baru. Salah satunya dengan mencari angkutan barang baru. “Misalnya jasa pengangkutan sayur-sayuran dan telur dari Jakarta menuju luar Jakarta dan sebaliknya,” tutup Joni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News