Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran virus corona (Covid-19) terus meluas. Bahkan, pemerintah memperpanjang masa darurat wabah virus corona hingga 29 Mei 2020. Di tengah wabah ini, pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas mengatakan masyarakat tak perlu panik, mengingat pasokan pangan, khususnya beras, masih mencukupi.
"Tidak perlu panik. untuk pasokan beras itu aman. Bahkan sampai Oktober masih aman. Karena produksi tahun ini kemungkinan sama seperti tahun lalu," ujar Dwi kepada Kontan.co.id, Kamis (19/3).
Baca Juga: Demi tingkatkan produksi, Jokowi dorong ekstensifikasi lahan padi
Berdasarkan perkiraan Kementan, dari Maret hingga Agustus 2020 pasokan beras sebesar 25,6 juta ton dengan kebutuhan sebesar 15 juta ton.
Berbeda dengan data Kementan, Dwi memperkirakan produksi beras dari Januari hingga Agustus akan sekitar 24 juta ton, dimana kebutuhannya mencapai 20 juta ton. Kebutuhan tersebut dengan memperkirakan kebutuhan per bulannya sebesar 2,5 juta ton. "Berarti [pasokan] masih cukup. Tidak ada masalah," tambah Dwi.
Melihat pasokan beras yang masih mencukupi, Dwi pun berharap pemerintah tidak buru-buru melakukan impor beras untuk menghadapi Covid-19 ini. Pasalnya, panen raya akan berlangsung pada akhir Maret dan April nanti. Bila impor dilakukan, nanti akan menjatuhkan harga di tingkat petani.
Dia berharap, kebijakan impor atau tidak diputuskan pada Juli nanti, setelah BPS telah menghitung berapa besar luas panen padi di musim panen kedua.
Baca Juga: Harga jahe, temulawak dan kunyit meroket drastis, ini kata pedagang
"Yang paling penting adalah betul-betul mengantisipasi stok pasca Oktober. Jadi Juli sudah diputuskan apakah impor atau tidak," kata Dwi.
Dwi memperkirakan produksi beras tahun ini akan relatif sama seperti 2019, yang berkisar 30 juta ton. Menurut dia, angka tersebut sangat mendekati kebutuhan beras selama 1 tahun. Karena itu, inilah yang menurutnya harus diantisipasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News