kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski penjualan berpotensi turun, peluang bisnis sepeda dinilai masih menarik


Jumat, 05 Maret 2021 / 16:52 WIB
Meski penjualan berpotensi turun, peluang bisnis sepeda dinilai masih menarik
ILUSTRASI. Penjualan sepeda di tahun ini diprediksi turun


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan sepeda di Indonesia memang diperkirakan turun pada tahun ini seiring efek lesunya perekonomian nasional di tengah pandemi Covid-19. Namun, secara umum industri sepeda masih memiliki prospek yang menarik di masa mendatang.

Ketua Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo Utomo menyampaikan, tren permintaan sepeda di tahun ini memang tidak sebesar di tahun sebelumnya. Hal ini tak lepas dari dampak penurunan ekonomi nasional yang membuat daya beli masyarakat tidak setinggi beberapa waktu lalu.

Kondisi tersebut membuat pasar sepeda di Indonesia mengalami kondisi kelebihan pasokan (oversupply) karena sepeda yang dijajakan tidak mampu diserap oleh konsumen. “Karena volume penjualan turun dan daya serap kurang, terjadilah oversupply,” imbuh dia, Jumat (5/3).

Setali tiga uang, Ketua Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI) Rudiyono memperkirakan, penjualan sepeda di tahun ini kemungkinan turun maksimal sekitar 10%. Dalam hal ini, bila di tahun 2020 lalu penjualan sepeda dapat mencapai kisaran 8 juta unit, maka di tahun 2021 penjualan sepeda diprediksi hanya mencapai 7,25 juta unit.

“Tahun lalu sudah terjadi euforia di kalangan konsumen, selanjutnya di tahun ini konsumen kembali membelanjakan uang-nya secara lebih rasional,” ujar dia, hari ini (5/3).

Rudiyono juga menjelaskan, sepeda lipat diperkirakan akan menjadi tipe sepeda yang populer sepanjang tahun ini. Selain lebih mudah dikendalikan dan disimpan, sepeda tersebut juga cocok dipakai oleh orang dewasa maupun anak-anak. Terlepas dari itu, ia menegaskan bahwa permintaan sepeda dari konsumen tidak didasari oleh tipe atau merek tertentu, melainkan oleh daya beli konsumen yang bersangkutan.

Dia juga yakin bahwa porsi impor sepeda bakal cukup besar di tahun ini dan tidak terbatas pada merek tertentu saja.  

Baca Juga: Harga sepeda Polygon Heist X2, seri hybrid termurah dari Polygon dipatok terjangkau

Sementara itu, Eko menilai, sejak izin impor sepeda kembali dibuka oleh Kementerian Perdagangan pada November 2020 lalu bagi sejumlah importir, Indonesia memang seharusnya kembali dibanjiri sepeda impor dari luar negeri. Namun, hal ini bisa semakin memperkuat potensi kelebihan pasokan sepeda di pasar domestik lantaran permintaan dari konsumen sedang menurun.

“Akibatnya, ada sebagian sepeda impor yang sempat tertahan akhirnya mengalihkan penjualannya ke negara lain,” ungkap dia.

Terlepas dari itu, para pelaku usaha sepeda di Indonesia tidak perlu terlalu khawatir. Pada dasarnya prospek industri sepeda di dalam negeri masih cukup menarik, terutama setelah pemerintah mulai serius membangun berbagai infrastruktur pendukung seperti jalur sepeda dan tempat parkir khusus sepeda di beberapa kota besar.

“Jika kebutuhan sarana dan prasaran bagi pesepeda terpenuhi, permintaan tentu akan tumbuh dengan sendirinya,” ucap Eko.

Selain itu, para produsen sepeda tanah air juga bisa melirik potensi ekspor sepeda ke luar negeri. Eko bilang, permintaan sepeda di berbagai negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, atau Thailand masih cukup tinggi. Hal ini bisa menjadi kesempatan bagi produsen sepeda lokal untuk memasok produk ke negara-negara tetangga.

“Sekarang tinggal bagaimana produsen sepeda lokal membangun branding supaya sepeda yang dijual bisa laris di pasar domestik dan internasional,” kata Eko.

Lebih lanjut, adanya kewajiban melaporkan sepeda di dalam SPT Tahunan diyakini tidak akan mempengaruhi penjualan sepeda di dalam negeri. Terlebih lagi, belum diketahui cara mendeteksi sepeda yang layak untuk dilaporkan dalam SPT Tahunan.

“Belum ada standarisasi yang jelas, terutama bagi sepeda second atau sepeda yang harganya murah. Belum lagi bicara soal kesadaran masyarakat dalam melaporkan sepeda di SPT Tahunan,” tukas Eko.

Di sisi lain, Rudiyono menilai, bahwa kewajiban melaporkan sepeda dalam SPT Tahunan cenderung lebih mempengaruhi penjualan sepeda impor yang notabene berharga lebih mahal, sehingga dapat masuk ke dalam kategori barang mewah.

Selanjutnya: Bikin hemat di awal bulan, harga sepeda gunung Pacific Viper 3.0 murah dan terjangkau

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×