Reporter: Maria Rosita | Editor: Test Test
JAKARTA. Ekspansi teknologi komputasi awan (cloud computing) label Microsoft di Indonesia berlanjut. Setelah menginvestasikan sejumlah dana di Asia dan dunia pada pertengahan 2011, penguasa piranti lunak itu kian kencang menjaring pelanggan, salah satunya lewat Windows Azure.
Menurut Hermawan Sutanto, Direktur Pemasaran Pusat Microsoft, produk itu yang kedua setelah Microsoft Office 365 versi percobaan (trial) November silam. Dia bilang secara total investasi yang dikucurkan Microsoft mencapai US$ 9,4 miliar, sedangkan untuk Asia berkisar US$ 2,5 miliar.
Microsoft ingin meng-interface masyarakat ke teknologi komputasi awan. Hermawan bilang teknologi ini akan menjadi layanan menarik, makanya investasinya juga lumayan besar. “Target kami di Indonesia, Microsoft memimpin teknologi komputasi awan dari aplikasi, infra, sampai platform," ujar Hermawan kepada KONTAN, Jumat (6/1).
Misalnya dengan Windows Azure, satu server bisa memvirtualisasi berbagai server lain. Dengan begitu, Microsoft bisa merangkul sebanyak-banyaknya pengguna dari kalangan usaha kecil menengah (UKM). Sektor UKM ikut menikmati teknologi yang selama ini dipakai enterprise. Serupa dengan Office 365, satu dokumen bisa disunting lebih dari satu pengguna bersamaan. "Ini jelas efisien," kata dia.
Microsoft resmi menggandeng PT Telekomunikasi Indonesia untuk proyek inisiatif komputasi awan bagi UKM. Maklum, menurut Springboard Research, baru separuh dari 114 organisasi di Indonesia sudah dan berencana menggunakan komputasi awan.
Sekarang animo itu meningkat menjadi 68%. Artinya, ruang gerak menavigasi sektor UKM masih besar. Direktur IT & Supply Telkom, Indra Utoyo, yakin proyek ini membantu kalangan pebisnis UKM.
Sementara untuk saluran distribusi, investasi dilarikan untuk penambahan gerai dan partner. Hingga 2011 Microsoft Indonesia bermitra dengan 4.800 partner.
Direktur Inisiatif Perangkat Lunak Genuine Microsoft Indonesia, Sudimin Mina, mengatakan pada 2012 ini setidaknya bisa merangkul 5.500 mitra, sehingga pertumbuhan partner naik di atas 10% saban tahun. Angka tersebut setara dengan jumlah toko ritel yang menjual produk asli Microsoft.
Sayang, Sudimin enggan membeberkan investasi per toko. Yang jelas, setiap toko harus memiliki dan memasarkan server sampai skala volume lisensi seharga Rp 200 jutaan. Selebihnya, satu toko mempekerjakan minimal seorang IT profesional.
Sudimin beralasan, Microsoft menargetkan menjadi merek piranti yang menguasai setiap pengapalan komputer. "Ini sekaligus mendukung kampanye antipembajakan Microsoft di Indonesia. Semakin gencar operasi kami, semakin banyak produk asli Microsoft dipakai, sambil kami percepat komputasi awan," ujar dia.
Menurutnya, dari pengapalan 5 juta unit komputer tahun lalu ke Indonesia, lebih 50% sudah berlabel Microsoft.
Lembaga Riset Frost & Sullivan memproyeksi komputasi awan menjadi teknologi mainstream dengan prediksi 30% perusahaan di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, menerapkan di tahun 2012.
Pasar komputasi awan publik ditargetkan mencapai US$ 5,8 miliar pada 2015. Nilai tersebut tumbuh 39% per tahun sejak 2010 - 2015.
Menurutnya ekspansi Microsoft di Indonesia maupun Asia bakal mulus. Sekadar mengingatkan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) nyaris memanggil Microsoft tahun lalu. Sebab, Microsoft dikabarkan hendak mengakuisisi Skype. Menurut Sudimin, masalah itu sudah tuntas. "Pemilikan kami di bawah 2%, jadi nggak dilanjutin," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News