Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Indonesia sempat dikenal sebagai surga rempah-rempah dunia. Namun, predikat tersebut terus surut akibat penurunan produksi dan minimnya promosi pasar.
Untuk membangkitkan kembali kejayaan itu, Kementerian Pertanian (Kemtan) akan melibatkan pengusaha swasta dalam pengembangan potensi produk rempah-rempah Indonesia. Cara ini juga untuk menutupi keterbatasan dana pemerintah. Tahun 2017, Kemtan hanya mengalokasikan sekitar Rp 40 miliar untuk mendukung petani mengembangkan tanaman rempah.
Direktur Jenderal Perkebunan Kemtan Bambang mengatakan, pemerintah akan mendorong peningkatkan produksi rempah Indonesia, khususnya lada, pala dan cengkeh. Saat ini sekitar 99% pemilik lahan perkebunan rempah merupakan kebun milik petani rakyat.
Kemtan telah menyusun sejumlah program pengembangan tanaman unggulan ini. "Salah satunya, kami ingin industri membina petani agar menanam sesuai dengan kebutuhan industri dan petani mendapat kepastian pasar," ujarnya, Selasa (20/12).
Bambang menyatakan, sinergi industri dan petani diharapkan menguntungkan semua pihak. Sebab industri juga mendapat kepastian bahan baku. Sementara petani mengetahui kebutuhan industri dengan spesifikasi sesuai kebutuhan industri.
Sebagai langkah awal menjalinkan kerjasama petani dan industri, Kemtan segera memetakan wilayah sentra penghasil tanaman rempah kemudian menentukan wilayah yang harus dibina tiap-tiap perusahaan. Dengan cara itu, tak ada tumpang tindih pembinaan antara perusahan.
Bambang juga berjanji mendorong penguatan kelembagaan kelompok tani. Upaya ini bertujuan meningkatkan posisi tawar dan permodalan petani rempah.
Mencari benih unggul
Peningkatan produksi rempah juga perlu didukung ketersediaan benih unggul. Untuk itu, Bambang berjanji mendorong penemuan benih unggul. Misalnya dengan menelusuri dan mengidentifikasi benih ke sentra-sentra penghasil benih rempah. Maklum, benih kualitas rendah akan merugikan petani.
Di sentra benih, pemerintah berjanji membina dan melakukan sertifikasi benih. Dengan demikian, petani memiliki kepastian mendapatkan benih unggul. "Selama ini mencari bibit unggul memang sulit," tandasnya.
Sebagai catatan, saat ini produksi cengkeh Indonesia tahun 2015 mencapai 123.227 ton. Sementara produksi lada sebesar 99.294 ton dan produksi pala sekitar 32.729 ton. "Tahun ini kami prediksi produktivitas turun 10% karena curah hujan tinggi," kata Agus Wahyudi, Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Ditjen Perkebunan Kemtan.
Agus optimistis, jika tahun depan cuaca normal, produksi tanaman rempah akan naik sekitar 5%-10%. Jika hujan, bunga yang keluar dari tanaman akan rusak dan busuk sehingga menurunkan produksi. Sejauh ini ada sembilan provinsi penghasil cengkeh, terutama di Sulawesi. Sementara sentra produksi pala berada di Maluku dan Aceh. Adapun lada dihasilkan di Bangka Belitung dan Lampung.
Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia (DRI) Gamal Nasir bertekad ikut membantu pemerintah bagi peningkatan produksi rempah. Upaya itu antara lain diwujudkan lewat pembinaan petani dan mendorong kemitraan antara petani dan perusahaan.
Khusus membangun akses ke industri pengguna rempah-rempah, Gamal berjanji melakukan komunikasi dengan Kementerian Perindustrian. Yang tak kalah pentingnya adalah pembenahan data rempah. "Data yang akurat akan memudahkan perencanaan dan pengembangan produksi rempah," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News