kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mitsubishi siap produksi mobil listrik, asalkan...


Rabu, 09 Agustus 2017 / 18:02 WIB
Mitsubishi siap produksi mobil listrik, asalkan...


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Mitsubishi Motors Corporation (MMC) tertarik untuk memproduksi mobil listrik di Indonesia. Asalkan ada insentif yang jelas diberikan oleh pemerintah.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, pemerintah masih bahas insentif tersebut. Selain itu, saat kunjungan ke Kementerian Perindustrian, produsen Jepang itu meminta strukur pajak harus disederhanakan.

Menurut Putu, Mitsubishi dalam prinsipnya siap untuk berinvestasi untuk kendaraan rendah emisi karena dia sudah pernah memproduksi baik itu kendaraan listrik ataupun hybrid. Demikian juga pelaku otomotif lain seperti Toyota maupun Honda.

"Hanya tadi sebagai pimpinan tertinggi Mitsubishi, dia secara eksplisit menyampaikan kepada Pak Menteri, kalau ada insentif itu akan bisa lebih cepat," kata Putu, Rabu (9/8).

Sekadar informasi,di level produksi global, Mitsubishi punya portfoolio mobil listrik yakni i-MiEV, dan Outlander Plug-in Hybrid Electic Vehicle (PHEV).

Menurut Putu, struktur pajak mobil di Indonesia banyak acuan dasarnya. Mulai dari kapasitas mesin, jumlah penggerak, tipe jenis mobil. "Ya disederhanakan misalnya kategori pajak dibedakan hanya untuk mobil penumpang dan komersil," kata Putu.

Menurut Putu, mobil sedan penumpang berkapasitas kursi 10 orang harusnya sama dengan mobil Multi Purpose Vehicle (MPV). Selain itu, makin rendah emisi menurutnya harus makin rendah pajaknya.

Kedua, berdasarkan power atau jumlah daya kudanya. Terakhir soal Tingkat Kandungan Komponen Lokal (TKDN). "Dengan adanya insentif inikan kita harapkan industrinya nanti berkembang," ujarnya.

Untuk waktu realisasi, menurutnya masih finalisasi dengan Kemenkeu khususnya tentang struktur pajaknya. Pemerintah masih beruaha untuk bisa menyepakati suatu struktur yang baru intinya tidak mengurangi pendapatan negara dari pajak kendaran dan juga punya peluang untuk menumbuhkan industrinya.

Sedangkan untuk industri bahan baku seperti industri baterainya pemerintah masih berupaya untuk bisa tumbuh. Apalagi sistem charging atau isi ulang listrik perlu juga dipikirkan sistem penukaran baterai.

Menurutnya pelaku industri sudah ada beberapa yang mulai mengembangkan seperti GS Astra, Yuasa, dan Nipress. "Kesiapan Mitsubshi kembali ke keberpihakan pemerintah mau dikembangkan ke mana dan kemudian jumlah volume permintaan," tutur Putu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×