kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Molor lagi, digitalisasi SPBU kembali meleset dari target


Selasa, 15 September 2020 / 14:23 WIB
Molor lagi, digitalisasi SPBU kembali meleset dari target
ILUSTRASI. Suasana pengisian bahan bakar di SPBU Pertamina, Jakarta,?Minggu (6/9/2020). Pertamina mencatat konsumsi BBM sektor ritel terus mengalami peningkatan hingga mencapai 122.000 kilo liter per hari, atau tinggal 7% di bawah rerata konsumsi normal sebelum pand


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Program digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) kembali meleset dari target. Meski target penyelesaian sudah direvisi hingga empat kali, tapi digitalisasi pada 5.518 SPBU Pertamina hingga kini belum tercapai.

Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fanshurullah Asa memaparkan, hingga 12 September 2020 jumlah SPBU yang terpasang Automatic Tank Gauge (ATG) masih sebanyak 5.058 SPBU atau 91,66% dari jumlah SPBU yang ditargetkan. Sedangkan SPBU yang sudah bisa mencatatkan nomor polisi (nopol) melalui Electronic Data Capture (EDC) sebanyak 3.183 SPBU (57,68%).

Sementara jumlah SPBU yang sudah selesai terintegrasi dengan pusat data, sehingga dapat ditampilkan melalui dashboard transaksi digitalitasi baru sebanyak 3.575 SPBU atau 64,79% dari target.

"Dengan tingkat kepatuhan input nopol kendaraan seluruh SPBU rata-rata baru mencapai 39%," kata Fanshurullah dalam Rapat Dengar Pendapat yang digelar Komisi VII DPR RI, Selasa (15/9).

Baca Juga: Pertamina buka opsi perluas potongan harga Pertalite di daerah Jawa-Bali

Padahal, Fanshurullah menilai program digitalisasi SPBU ini penting untuk meningkatkan akuntabilitas data penyaluran BBM, khsuusnya bagi SPBU yang menyalurkan Jenis BBM Tertentu (JBT) atau BBM bersubsidi jenis solar dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) atau BBM jenis Premium.

"Sehingga bisa tepat sasaran dan tepat volume, terutama pada BBM subsidi solar dan BBM penugasan atau premium," ujar Fanshurullah.

Adapun, program digitalisasi SPBU ini dibangun oleh PT Pertamina (Persero) yang bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia yang dimulai sejak 31 Agustus 2018.

Fanshurullah menjelaskan, target awal program ini sebenarnya bisa selesai di tahun yang sama, yakni 31 Desember 2018. Namun, target untuk mendigitalisasi 5.518 SPBU itu tidak tercapai.

Baca Juga: Harga Pertalite di Tangsel turun, tak akan ungkit daya beli

Jadwal penyelesaian pun direvisi menjadi 28 Juni 2019, namun kembali tidak selesai. Revisi kedua dilakukan dan ditargetkan selesai pada 31 Desember 2019, tapi kembali molor. Lalu, ada revisi ketiga yang ditargetkan selesai 30 Juni 2020.

Pertamina dan Telkom belum bisa merampungkan program tersebut sehingga ada revisi keempat yang ditarget selesai pada Agustus 2020, namun target itu pun kembali tidak tercapai.

"Sejak dimulai pada 31 Agustus 2018, program ini telah mengalami empat kali revisi target penyelesaian, dari target 31 Desember 2018 sampai dengan target revisi keempat pada Agustus 2020," pungkas Fanshurullah.

Selanjutnya: Pertamina pastikan layanan BBM dan LPG selama PBB Jakarta aman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×