Reporter: Handoyo | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Musim giling tebu segera berakhir. Namun harga lelang gula belum merangkak naik. Ada perkiraan, sampai November mendatang, harga lelang gula masih akan stagnan, yaitu di kisaran Rp 9.000 per kilogram (kg).
Saat ini, harga lelang gula bervariasi antara Rp 8.900 hingga Rp 9.200 per kg. Harga ini jauh dari tahun lalu, dimana harga lelang gula sempat menyentuh Rp 11.000 per kg. "Tahun ini banyak pabrik gula (PG) yang rugi," ujar Aris Toharisman, Kepala Bidang Usaha dan Kerjasama Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), kemarin.
br />Penyebab harga lelang gula sulit naik karena di tingkat internasional, harga gula mentah dunia turun. Tahun lalu, harga gula mentah dunia sekitar Rp 7.100-Rp 7.600 per kg. Harga gula mentah dunia saat ini turun Rp 600 per kg menjadi sekitar Rp 6.500-Rp 7.000 per kg.
Ditambah lagi, melubernya gula rafinasi di pasar tradisional membuat harga lelang gula ikut tertekan. Di pasar, harga gula rafinasi dijual di kisaran Rp 8.000 per kg. "Ini masih jauh lebih murah dibandingkan dengan harga lelang sehingga harga lelang akan tertarik ke bawah," jelas Aris.
Lalu, permintaan petani tebu jelang awal musim giling supaya harga pokok produksi (HPP) dipatok Rp 9.800 per kg juga tidak digubris oleh pemerintah. Ini pula yang membuat harga gula stagnan.
HPP gula tahun ini sama seperti tahun lalu yakni Rp 8.150 per kg. Padahal, tahun ini sewa tanah dan biaya angkut tebu lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.
Konsekuensinya, areal tebu bakal menyusut. Aris mencontohkan, pada tahun 2002 ketika harga gula di Jawa Timur turun dari Rp 3.400 menjadi Rp 2.600 per kg, areal tebu 2003 menyusut 11.000 hektar (ha). Sebaliknya pada kurun 2003-2008 ketika rata-rata harga gula naik rata-rata 15% per tahun, luas kebun tebu bertambah 51.000 ha.
Adig Suwandi, Ketua Kompartemen Manajemen Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) mengatakan sulit mengerek harga lelang gula tanpa mengendalikan peredaran gula rafinasi. "Peredaran gula rafinasi sudah terasa dampaknya," kata Adig.
Ikagi meramalkan, produksi gula dalam negeri tahun ini hanya sekitar 2,3 juta ton atau turun dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 2,6 juta ton. Penurunan produksi karena rendemen gula turun dari 7,5% menjadi 6,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News