Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk menyatakan kegiatan operasional fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) di Kabupaten Luwu, Sorowako, Sulawesi Selatan tetap berjalan. Meskipun, harga nikel pada tahun ini ambruk di level US$ 8.000 per ton-US$ 9.000 per ton.
Asal tahu saja, sesuai dengan pernyataan Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Mineral Indonesia (AP31), harga nikel anjlok dari Oktober 2016 sekitar US$ 11.000 per ton turun menjadi US$ 8.000 per ton pada Juni 2017.
Ambruknya harga nikel, menurut AP31 diakibatkan karena dibukanya keran ekspor mineral mentah oleh pemerintah. Sehingga, merugikan 12 perusahaan nikel. Serta membuat 13 perusahaan smelter nikel menunda operasi sampai harga kembali membaik.
“Bahwa smelter PT Vale Indonesia (Tbk) tetap beroperasi,” kata Presiden Direktur Vale Indonesia, Nico Kanter kepada KONTAN, Kamis (6/7).
Pernyataan Nico Kanter, sekaligus mengklarifikasi atawa meluruskan berita Harian KONTAN yang terbit hari Selasa (4/7) dengan judul: Izin Ekspor Konsentrat Merusak Harga Pasar. Dalam tulisan tersebut, menyatakan bahwa kegiatan smelter Vale ikut berhenti operasi akibat harga nikel yang sedang anjlok.
Asal tahu saja, saat ini Vale Indonesia tengah mengoperasikan smelter nikel di Sorowako dengan kapasitas 80.000 ton per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News