Reporter: Diade Riva Nugrahani |
JAKARTA. Pasar agar-agar atau jeli makin ramai dengan munculnya pendatang baru di bisnis ini, yaitu PT Nutrifood Indonesia yang merilis produk NutriSari Jelly. Produk jeli ini menawarkan rasa yang berbeda dibandingkan dengan produk yang ada sebelumnya. Biasanya, produk jeli hanya menawarkan rasa buah-buahan. Tapi, NutriSari memproduksi jeli dengan menggabungkan rasa buah dan sayuran.
Brand Manager NutriSari Juli Yanthy menjelaskan, beberapa tahun terakhir, NutriSari tidak hanya dikenal sebagai produsen minuman serbuk jeruk. “NutriSari telah memiliki produk siap dikonsumsi (ready to drink) yang terbuat dari campuran buah dan sayur,” jelasnya. Beberapa rasa yang sudah tersedia adalah pomegranate, kiwi, fruit & vegetarian, serta rasa cucumber lime.
Bermodal pengalaman inovasi rasa di minuman siap saji itu, NutriSari membuat produk jeli campuran rasa sayur dan buah. Meski menggabungkan dua unsur berbeda, rasa NutriSari Jelly tetap enak. Saat ini, baru ada dua varian rasa NutriSari Jelly, yakni Jelly Pomegranate dan Jelly Kiwi. “Keduanya memiliki kandungan serat tinggi dan membantu memenuhi kebutuhan harian buah dan sayur,” kata Juli lagi.
Chief Executive Officer (CEO) PT Niramas Utama Adhi Siswaja Lukman, produsen jeli merek Inaco, menambahkan, selain pasar lokal, peluang di pasar internasional juga cukup legit. Tak heran, saat ini, Inaco mengekspor produknya ke Amerika Serikat (AS), Kanada, Filipina, Hong Kong, Timur Tengah, dan Australia.
Pemain lain, PT Forisa Nusa Persada, yang memproduksi jeli merek Nutrijell, juga mengekspor produknya ke luar negeri. Perusahaan lokal yang berdiri sejak 1995 ini juga memproduksi Pop Ice dan bubuk minuman berkarbonasi merek Finto, Kola-Kola, dan Sprata.
Nutrijell dikemas dalam kemasan saset bubuk ukuran 15 gram. Merek ini menyediakan rasa mangga, melon, stroberi, leci, jeruk, dan jambu. Sayang, Brand Manager Nutrijell, Fransisca Ria, enggan menjelaskan lebih banyak soal produk Nutrijell. Alasannya, bisnis perusahaannya masih kecil. Padahal, kini, Nutrijell juga sudah mengekspor produknya ke AS, Australia, Singapura, Bangladesh, dan Eropa.
Di Indonesia, Nutrijell dibanderol dengan harga Rp 2.500 per saset. Harga ini relatif lebih murah jika dibandingkan dengan harga NutriSari Jelly yang mencapai Rp 3.500 per saset.
Meski harga NutriSari Jelly relatif lebih mahal, Juli membantah anggapan bahwa perusahaannya membidik segmen konsumen kelas atas. “Pada dasarnya, kami ingin memberikan harga yang sewajarmya bagi konsumen,” ujarnya. Catatan saja, saat ini, NutriSari memilik satu pabrik di Ciawi.
Belum tertarik jeli
Pemain terbesar produk agar-agar seperti PT Satelit Sriti tidak mau ketinggalan mencicipi kenyalnya bisnis jeli. Dari sekitar 13 produk buatan produsen asa Surabaya itu, ada dua produk jenis jeli, yaitu Sakura Konyaku Jelly Powder dan Satelit Agar-Agar Jelly Powder.
Di Indonesia, Satelit Sritti yang sudah berdiri sejak 1954 itu menjual produknya ke seluruh penjuru wilayah melalui lebih dari 40.000 outlet. Satelit Sriti juga mengekspor produknya ke beberapa negara di Asia, Eropa, Australia, dan Amerika Serikat.
Uniknya, kendati pasar produk jeli semakin subur, pemain besar bisnis agar-agar, PT Dunia Bintang Walet, produsen Swallow Globe Brand, belum tertarik memproduksi jeli. “Kami belum mempunyai rencana mengembangkan produk selain agar-agar rumput laut,” jelas Product Officer PT Dunia Bintang Walet Anggita Widhi Rianti.
Kini, Swallow Globe Brand memiliki sekitar empat produk unggulan berupa agar-agar bubuk, agar-agar siap makan, strips agar-agar, dan minuman agar-agar instan. Setiap tahun, penjualan Swallow Globe tumbuh hingga 20%.
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), produk jeli menyumbang penjualan sekitar Rp 2 triliun dari total omzet makanan dan minuman yang mencapai Rp 600 triliun. Saban tahun, pertumbuhan penjualan jeli bisa mencapai 20%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News