Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kegiatan produksi di tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia (PTFI) masih terhenti usai insiden longsor yang terjadi di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) pada 8 September 2025.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan operasi tambang belum dapat dilanjutkan hingga hasil audit keselamatan dan teknis rampung.
“(Operasi kembali) pasti menunggu setelah hasil audit,” kata Bahlil di Kementerian ESDM, Jumat (10/10).
Longsor tersebut menyebabkan area tambang tertimbun lumpur sekitar 800 ribu ton dan menewaskan tujuh pekerja, yang seluruhnya telah berhasil dievakuasi. Bahlil mengatakan, pascaevakuasi, pemerintah melakukan audit menyeluruh terhadap pelaksanaan operasi tambang bawah tanah PTFI untuk memastikan faktor penyebab dan langkah mitigasinya.
Baca Juga: AHY: Butuh US$ 650 Miliar Investasi Infrastruktur untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%
“Sekarang belum ada yang bisa melakukan kegiatan produksi, tapi kami sedang mengaudit sampai bisa menemukan apa faktor penyebab terjadinya longsor,” ujarnya.
Bahlil menegaskan, audit dilakukan secara komprehensif dan tidak tergesa-gesa. Hasil audit nantinya akan menjadi dasar bagi pemerintah dalam menentukan rekomendasi kepada PTFI, baik berupa perbaikan teknis maupun langkah lanjutan lainnya.
“Kami tidak boleh menghukum sesuatu tanpa dasarnya. Kami audit dahulu apa permasalahannya dan penyebabnya. Setelah itu baru kami bisa memberikan rekomendasi baik itu dalam bentuk perbaikan atau yang lain, nanti kita lihat,” tegas Bahlil.
Sebelumnya dalam catatan Kontan, Freeport-McMoRan Inc (FCX) mengungkap operasi yang dilakukan pada tambang Grasberg Block Cave (GBC) usai mengalami insiden longsor akan kembali normal pada 2027 mendatang.
"Tingkat operasi kembali ke kondisi sebelum insiden berpotensi tercapai pada tahun 2027," ungkap McMoRan dalam keterangan resmi, dikutip dari website resmi, Kamis (25/09/2029).
McMoRan menambahkan, saat ini PT Freeport Indonesia (PTFI) tengah menjaga agar tambang lainnya, yaitu Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (MLZ) tidak terdampak dapat kembali beroperasi pada pertengahan kuartal keempat tahun 2025.
"Ini, dengan dimulainya kembali dan peningkatan operasional tambang GBC secara bertahap pada paruh pertama tahun 2026," ungkap manajemen.
Insiden longsor, berpengaruh pada penjualan tembaga dan emas PTFI pada kuartal keempat tahun 2025 tidak akan signifikan dari target penjualan sebelumnya sebesar 445 juta pon tembaga dan 345.000 ons emas.
Pada paruh pertama tahun 2026, akan dimulai kembali dan peningkatan produksi GBC secara bertahap dapat dimulai, awalnya di tiga blok produksi - PB2 dan PB3, diikuti oleh blok produksi ketiga PB1S pada paruh kedua tahun 2026 dan sisanya PB1C pada tahun 2027.
"Jadwal ini akan menargetkan pengembalian ke estimasi sebelum insiden pada tahun 2027," kata pihak Mc-Moran.
Dalam skenario dimulainya kembali dan peningkatan produksi secara bertahap ini, yang bergantung pada sejumlah faktor dan dapat berubah, produksi PTFI pada tahun 2026 berpotensi sekitar 35% lebih rendah dari estimasi sebelum insiden.
"Estimasi produksi sebelumnya untuk tahun 2026 memperkirakan 1,7 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ons emas," kata manajemen.
Meski begitu, Mc-Moran menyebut PTFI akan berupaya mengoptimalkan rencana produksi seiring dengan selesainya evaluasi lebih lanjut.
"Proyek-proyek modal akan ditinjau dan dikelola untuk memprioritaskan sumber daya yang diperlukan guna mendukung pemulihan," tutup mereka.
Baca Juga: Bank Mega Syariah Dorong Fee Based Income lewat PIDI Syariah di ISEF 2025
Selanjutnya: Bank Mega Syariah Dorong Fee Based Income lewat PIDI Syariah di ISEF 2025
Menarik Dibaca: Warna Cat Rumah Ketinggalan Zaman? Ini Tanda Saatnya Dicat Ulang, Kata Desainer
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News