kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Operator seluler tertekan registrasi SIM card


Kamis, 02 Agustus 2018 / 11:40 WIB
Operator seluler tertekan registrasi SIM card


Reporter: Dadan M. Ramdan, Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan operator telekomunikasi melempem selama semester pertama tahun ini. Kebijakan pembatasan jumlah kepemilikan nomor seluler prabayar dan registrasi ulang dinilai turut meneken kinerja operator telekomunikasi.

Maklumlah, sudah sekian lama para operator menikmati bisnis gemuk dari penjualan kartu perdana atawa starter pack. Sebelumnya, operator leluasa menjual kartu perdana dan konsumen pun dimanjakan dengan kebiasaan gonta-ganti nomor baru.

Tak pelak, kebijakan pembatasan jumlah kepemilikan nomor telepon dan kewajiban registrasi ulang membatasi ruang gerak operator seluler. Hal ini berimbas pada pendapatan operator telekomunikasi. Misalnya, pendapatan PT Indosat Tbk (ISAT) mencapai Rp 11,1 triliun di semester I-2018. Pencapaian tersebut merosot 27% year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 15,1 triliun. Adapun pendapatan ISAT pada kuartal II-2018 mencapai Rp 5,4 triliun, atau turun 5,6% dari kuartal sebelumnya Rp 5,7 triliun.

Analis Bahana Sekuritas Andri Ngaserin menyebutkan, pendapatan Indosat terkoreksi karena jumlah pelanggannya berkurang 22% atau menjadi 75,3 juta. Hal ini akibat kebijakan pembatasan kartu perdana dan registrasi ulang.

Kompetisi ketat

Iklim industri yang kompetitif dan kebijakan registrasi kartu SIM juga menjadi faktor penekan kinerja keuangan PT XL Axiata Tbk. Berdasarkan laporan keuangan semester I-2018, emiten telekomunikasi dengan kode saham EXCL di Bursa Efek Indonesia ini membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 81,74 miliar.

Pencapaian ini anjlok cukup tajam. Sebab, di periode yang sama tahun lalu, EXCL mengempit keuntungan sebesar Rp143,11 miliar. Sedangkan selama enam bulan pertama tahun ini, EXCL membukukan pendapatan Rp11,05 triliun, naik ti1,1% dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 10,93 triliun.

"Kinerja XL Axiata di semester pertama 2018 mencerminkan dinamika industri yang semakin kompetitif, dibarengi dengan adanya perubahan struktural di pasar prabayar berupa kewajiban registrasi SIM prabayar," ungkap Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini, dalam keterangan resminya.

Setali tiga uang. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk juga mencatatkan pendapatan Rp 64,36 triliun di semester pertama tahun ini, tumbuh tipis 0,54% year-on-year (yoy). Tapi emiten berkode saham TLKM ini tak mampu menekan beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi yang naik 23,9%. Adapun laba bersihnya tergerus 26,06% menjadi Rp 12,94 triliun. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, TLKM meraih laba bersih Rp 17,5 triliun.

Denny Abidin, General Manager External Corporate Communications Telkomsel, anak usaha TLKM, mengakui periode semester  I- 2018 masih ditandai dinamika pasar.

"Adanya akselerasi transisi penggunaan layanan legacy ke data, persaingan ketat dan implementasi regulasi registrasi prabayar yang menyebabkan tekanan dalam pricing dan margin," ujar dia kepada Kontan.co.id, Rabu (1/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×