Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah Indosat Ooredoo dan Tri Indonesia memenangkan lelang frekuensi 2,1 GHz, tahapan selanjutnya adalah penataan frekuensi. Penataan ulang ini bertujuan agar diperoleh penetapan pita frekuensi radio yang berdampingan (contiguous).
Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menetapkan pembagian blok di 2,1 Ghz. Yakni blok 1,2,3 Tri Indonesia, blok 4,5,6 Telkomsel, blok 7,8,9 XL Axiata dan blok 10, 11, 12 Indosat Ooredoo.
General Manajer Corporate Communication XL Axiata, Tri Wahyuningsih bilang, dalam persiapan penataan ulang pita frekuensi, XL tidak mengalami masalah cukup berarti. Sayang, manajemen enggan membeberkan berapa dana yang dialokasikan untuk re-tuning ini.
"Kami sudah mengalokasikan dana, tetapi mohon maaf belum bisa kami buka," ujar Ayu - panggilan Tri Wahyuningsih saat dihubungi KONTAN, Jumat (24/11). XL bertekad ingin fokus mengembangkan jaringan 3G dan 4G. Ayu belum bisa membeberkan secara spesifik, berapa target trafik yang dibidik oleh perusahaan.
"Tapi bisa diperkirakan trafik akan turut naik selaras dengan ekspansi infrastruktur data yang terus kami lakukan," imbuhnya.
Mengutip situs resmi perusahaan, hingga kuartal III tahun 2017, total trafik XL secara keseluruhan tumbuh 162% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan trafik itu sebagian besar masih didominasi oleh data. Total pelanggan data hingga periode 9 bulan pertama tahun 2017 mencapai 72% dari total pelanggan XL yang sekitar 50,5 juta pelanggan.
Sementara Wakil Direktur Utama Tri Indonesia, M Danny Buldansyah mengaku paling siap untuk penataan ulang. "Kami paling sedikit perpindahannya," ujar Danny saat dihubungi KONTAN, Jumat (24/11).
Menurutnya, semua operator sudah berpengalaman dalam penataan ulang seperti yang terjadi pada spektrum 1.800 MHz untuk persiapan 4G. Meski tidak menyebut nominal secara pasti, dana untuk penataan pita frekuensi radio 2,1 GHz tidak sebesar re-tuning saat 1.800 Mhz.
"Hampir tidak ada, sudah termasuk biaya operasional. Justru penataan ulang 1.800 MHz lebih mahal," ungkap Danny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News