kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Operator telekomunikasi mulai bahas konsolidasi


Jumat, 22 Februari 2019 / 15:50 WIB
Operator telekomunikasi mulai bahas konsolidasi


Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tekanan pada industri operator telekomunikasi yang disebabkan intensitas perang tarif data membuat para pelaku mulai mencari ruang untuk konsolidasi. Kendati demikian, konsolidasi bukan perkara mudah karena berbagai faktor yang harus diperhitungkan.

Direktur Utama PT XL Axiata Tbk (EXCL) Dian Siswarini menilai bahwa konsolidasi memang diperlukan untuk membuat industri telekomunikasi di Indonesia semakin sehat. “Jumlah pemain yang lebih sedikit membuat persaingan berkurang sengitnya,” katanya kepada Kontan.co.id pada Kamis (21/2).

Salah satu hal positif yang bisa dipetik bagi para pemain jika semakin sedikit kompetitor adalah adanya tarif yang lebih sehat. Maklum, tarif menjadi salah satu upaya berbagai operator telekomunikasi untuk meningkatkan jumlah pelanggannya.

Jika dulu pendapatan operator telekomunikasi berasal dari tarif voice dan SMS, kini masyarakat lebih memilih mengkonsumsi data karena lebih efisien. Komunikasi yang pada masanya memanfaatkan tarif voice dan SMS kini lebih murah dengan memanfaatkan tarif data.

Bahkan aplikasi seperti WhatsApp, Line, dan lainnya memungkinkan pengguna untuk melakukan lebih dari sekedar telepon dan pesan singkat. Lewat aplikasi komunikasi berbasis data itu, pengguna bahkan mampu melakukan video call tanpa menyedot yang signifikan.

Perang tarif data itulah yang menggerus margin keuntungan operator telekomunikasi. Jika dengan data saja masyarakat sudah efisien, operator malah saling banting-bantingan harga agar tarif data jauh lebih murah.

Pada akhirnya, XL Axiata tahun 2018 mencatat rugi bersih Rp 3,3 triliun, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) mencatat rugi bersih Rp 2,3 triliun sampai kuartal III 2018, PT Indosat Tbk (ISAT) mencatat rugi bersih Rp 1,54 triliun sampai kuartal III 2018. Sementara PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) mengalami penurunan pendapatan dari segmen mobile dari Rp 69,5 triliun menjadi Rp 65,7 triliun.

Senada dengan itu, Direktur Utama Indosat Chris Kanter mengatakan bahwa untuk kebaikan industri, konsolidasi memang salah satu jalan keluar. “Sebaiknya memang konsolidasi, tapi internal fokus pada perluasan jaringan dan inovasi,” katanya kepada Kontan.co.id.

Direktur Utama Smartfren Telecom Merza Fachys mengungkapkan bahwa diskusi-diskusi yang dilakukan antar operator telekomunikasi juga sudah sering dilakukan. Hanya saja, belum ada yang menyepakati hasil diskusi itu untuk berbuah jadi konsolidasi antara satu operator dengan operator lain.

FREN sendiri, kata Merza, sangat terbuka terhadap berbagai diskusi antar operator tersebut. "Soal FREN akan diakuisisi atau akan mengakuisisi kami manajemen tidak bisa bilang itu," tambah Merza.

Dian Siswarini juga mengatakan bahwa komunikasi antar operator sudah sering dilakukan. “Hampir semua operator mencari solusi konsolidasi, tapi soal hasilnya tanyakan saja ke pemegang saham mayoritas sebagai yang berwenang,” ujar Dian.

Sekedar gambaran, berdasarkan penelusuran Kontan.co.id di website masing-masing operator untuk paket data untuk 30 hari di kisaran Rp 50.000, Telkomsel menjual salah satu paketnya dengan harga Rp 58.000, pelanggan memperoleh data untuk internet 4,5 gigabyte dan video 2 gigabyte. XL Axiata menjual paket 5 gigabyte internet plus video 5 gigabyte dengan tambahan 20 menit gratis telepon di harga Rp 69.000.

Kemudian Smartfren menjual paket Rp 65.000 untuk kapasitas internet 1 gigabyte per hari setiap harinya selama 30 hari. Indosat menjual paket Rp 55.000 dengan kuota 4 gigabyte ditambah bonus kuota malam 18 gigabyte. Sementara Hutchinson 3 menjual paket 8,5 gigabyte plus 100 menit telepon dan 100 SMS di harga Rp 60.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×