kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Optimistis 50 ha Ngoro II terjual, Intiland incar total penjualan Rp 1 triliun


Selasa, 19 Juli 2011 / 21:52 WIB
Optimistis 50 ha Ngoro II terjual, Intiland incar total penjualan Rp 1 triliun
ILUSTRASI. Sebuah logo WTO di luar markas Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Jenewa, Swiss, 2 Oktober 2018.


Reporter: Maria Rosita |

ANYER. Pengembang PT Intiland Development Tbk (DILD) giat menyiasati menjamurnya perusahaan asing di Indonesia. Setelah memasarkan areal 200 hektare di Ngoro Industrial Park di Jawa Timur, Intiland agresif menjual 224 hektare tanah di Ngoro Industrial Park II. Archied Noto Pradono, Direktur Manajemen Investasi & Modal Intiland menargetkan 50 hektare lahan di Ngoro II terjual tahun ini.

Archied menjelaskan Ngoro I merupakan kerjasama dengan BUMN Taiwan. Dari total 220 ha lahan di Ngoro I, sekitar 20 ha belum terjual. Sedangkan Ngoro II, proyek Intiland sendiri. Menurut dia, sepanjang semester I tahun ini terjual 20 ha.

"Itu perusahaan keramik asal China, sekali jual bisa Rp 80 miliar. Pembayaran kadang bertahap tapi bisa juga tergantung harga tanah," jelas Archied kepada KONTAN, pekan lalu. Saat ini harga tanah di Ngoro sekitar Rp 400.000 per meter persegi (m2).

Intiland optimistis target penjualan 50 ha tercapai akhir tahun. Soalnya, sudah ada request dari perusahaan multinasional (MNC) dan perusahaan asing. Tapi, Archied masih bungkam identitas calon pembeli tersebut.

Archied mengaku agresif berbisnis kawasan industri di Jawa Timur lantaran perusahaan asing di Indonesia Timur makin banyak. Diam-diam perusahaan sedang 'melihat-lihat' Mojokerto di semester II ini. "Mereka itu ada di Papua sana, nah bikin kawasan industrinya di Jawa Timur, titik tengah dengan Jakarta," seru dia.

Selain itu, kontribusi penjualan kawasan industri terhadap pendapatan Intiland masih kecil. "Di Surabaya kami sudah dikenal, permintaan juga tinggi, dimanfaatkan dong," kata Archied.

Catatan saja, Intiland menargetkan penjualan total properti mencapai Rp 1 triliun tahun ini. Perusahaan menggapai 50% - 60% dari target pada paruh pertama 2011. "Perumahan tetap paling mendominasi, kontribusinya mencapai 70%," imbuh Archied.

Pengamat properti Panangian Simanungkalit menilai agresivitas pengembang kawasan industri di Jawa Timur dilatari wilayah tersebut nomor dua setelah Jabodetabek. Panangian menilai pengembangan kawasan industri bukan pula karena harga tanah relatif lebih murah ketimbang Jakarta.

"Untuk mendekatkan sumber, supaya lebih cepat selesai. Kebanyakan industri murni seperti makanan dan hasil bumi, di sana akses ke pelabuhan ada, makanya berkembang," kata Panangian, menerangkan, Selasa (19/7).

Menurut Panangian, pengembang tak cuma membidik perusahaan asing, tetapi juga lokal. Dia menaksir kawasan industri di Jawa Timur berpotensi kuat menyusul Jabodetabek.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia bagus, asing makin gencar investasi di Surabaya," tambah dia. Panangian meramal pertumbuhan kawasan industri tahun ini naik mencapai 11% dibandingkan tahun lalu. "Tahun lalu kenaikan cuma 9%. Pertumbuhan kawasan industri biasanya 50% dari pertumbuhan ekonomi. Kalau sekarang 7%, berarti industri bisa 11%," jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×