Reporter: Abdul Wahid Fauzie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sepatu produksi Indonesia ternyata masih menarik di mata investor asing. Hal itu dapat dilihat dari tingginya order sepatu dari luar negeri. Sejak awal tahun, pesanan sepatu mengalami peningkatan yang signifikan, terutama berasal dari beberapa negara maju.
Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Edi Wijanarko mengatakan banyak pembeli (buyer) asal Eropa yang mengalihkan pesanan sepatunya ke Indonesia dari Vietnam dan China. "Totalnya ada 20 buyer," katanya, Senin malam. Menurutnya, pesanan itu datang dari buyer menengah maupun besar seperti Nike dan Adidas.
Menurut Edi, pengalihan ini terjadi akibat tiga alasan. Pertama, Vietnam mengalami inflasi yang cukup tinggi sehingga banyak perusahaan sepatu yang menutup produksinya. Sayangnya, Edi enggan mengatakan berapa banyak pabrik sepatu asal Vietnam yang kolaps.
Alasan kedua, Eropa mengenakan anti dumping kepada China untuk beberapa produk sehingga menghilangkan kepercayaan terhadap negara tersebut. Ketiga, nilai kurs mata uang China semakin menguat sehingga membuat bahan baku sepatu semakin mahal dan melonjakkan nilai jual sepatu.
Salah satu bukti rencana penambahan order ini adalah Adidas. Seperti yang telah diberitakan KONTAN (9/8), Adidas akan meningkatkan ordernya di Indonesia sebanyak 2,5 juta unit sepatu dari order saat ini yang diperkirakan mencapai 6 juta unit. Penambahan ini akan dilakukan kepada empat pabrik yang akan selesai dibangun pada awal dan pertengahan 2009.
Keempat pabrik yang akan diberi order oleh Adidas adalah PT Niko Mas yang berlokasi di Sukabumi dengan kapasitas 1 juta unit, dan PT Park Line, Surabaya yang juga berkapasitas 1 juta unit. Selain itu, PT Cinglo di tangerang yang memiliki kapasitas 250.000 unit dan PT Prima Anjaya, Surabaya yang juga berkapasitas 250.000 unit.
Kontan saja, pengalihan order ini membuat ekspor sepatu Indonesia mengalami peningkatan. Pada semester I 2008 terjadi peningkatan penjualan ekspor sepatu sebesar 17% dari US$ 700 juta menjadi US$ 820 juta. Peningkatan ekspor ini, lanjut Edi, akan terus berlanjut asalkan para buyer tersebut mendapatkan kepuasan dari segi kualitas dan ketepatan waktu.
Dengan adanya pengalihan order itu juga membuat Aprisindo meninggikan target penjualannya. Apalagi, pada semester ke II ini akan ada dua hari raya, yakni Lebaran dan Natal. Sehingga, permintaan pasar sepatu dunia akan kembali meningkat. Edi memperkirakan hingga akhir tahun, ekspor sepatu akan tumbuh 8,6% dari US$ 1,6 miliar pada tahun lalu.
Budi Irmawan, Direktur Industri Aneka Departemen Perindustrian (Depperin) membenarkan pengalihan order sepatu tersebut. Menurutnya, ada beberapa buyer yang telah mengalihkan ordernya. "Pengalihan ini karena banyak masyarakat China dan Vietnam yang enggan menjadi buruh pabrik lagi," tegasnya, tanpa mau menyebutkan buyer tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News