Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik pertama di Indonesia yang memproduksi campuran padatan hidroksida dari nikel dan kobalt (Mixed Hydroxide Precipitate - MHP) resmi berproduksi di Kawasi, Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara pada Rabu (23/6).
Pemurnian nikel dengan proses hidrometalurgi HPAL ini memiliki kapasitas produksi MHP sebesar 365 ribu ton per tahun dan merupakan bahan baku dasar baterai kendaraan listrik yang ramah lingkungan. Adapun, Harita Group selaku pengelola Kawasan Industri Pulau Obi yang juga merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) serta melalui Halmahera Persada Lygend telah memasuki fase produksi MHP.
MHP merupakan produk antara dari proses pengolahan dan pemurnian nikel kadar rendah sebelum diproses lebih lanjut menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat. Saat ini Harita juga sedang mengembangkan fasilitas produksi lanjutan untuk menghasilkan nikel sulfat dan kobalt sulfat, yang merupakan material utama baterai kendaraan listrik.
“Halmahera Persada Lygend merupakan fasilitas pengolahan dan pemurnian bijih nikel kadar rendah (Limonite) dengan teknologi hydrometallurgy yang dikenal dengan High Pressure Acid Leach (HPAL). Konstruksi HPAL dimulai pada Agustus 2018 dan siap berproduksi secara komersial. Ini menjadi pabrik HPAL pertama di Indonesia,” ungkap Komisaris Utama Halmahera Persada Lygend Stevi Thomas dalam keterangan resmi, Rabu (23/6).
Baca Juga: PLTS bakal jadi andalan, kesiapan industri pemasok mulai disorot
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan capaian ini membuktikan kemampuan Indonesia. Proyek ini juga bakal turut mengembangkan hilirisasi serta industri kendaraan listrik.
"Pemerintah akan mendukung pengembangan HPAL di Indonesia. Industri ini ikut berkontribusi untuk mewujudkan cita-cita dalam upaya penurunan kadar emisi dari penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil," kata Luhut.
Pemurnian nikel dengan teknologi hidrometalurgi HPAL menghasilkan produk yang sangat bermanfaat dalam upaya mengurangi emisi, serta sangat mendukung konservasi mineral, khususnya nikel. Teknologi HPAL mampu mengolah nikel kadar rendah yang selama ini tidak diolah. Kini material nikel kadar rendah di Indonesia telah memiliki nilai tambah dan menjadi produk yang sangat strategis.
“Industri ini harus kita dukung bersama. Halmahera Persada Lygend adalah pabrik pertama bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia dan nantinya akan muncul di wilayah lainnya. Tidak kalah penting, industri ini akan menyerap lebih dari 20 ribu tenaga kerja nantinya. Pembangunan daerah akan lebih cepat. Ini adalah aset bangsa. Kita harus lindungi. Namun lingkungan juga harus dijaga,” jelas Luhut
Bupati Halmahera Selatan Usman Sidik mengungkapkan dengan sumber daya yang dimiliki, dan berkembangnya industri nikel di Halsel, akan membantu pembangunan daerah. Usman berharap, perkembangan industri ini di dorong dengan percepatan pembangunan dan pengembangan industri lainnya, tidak hanya nikel.
Stevi mengungkapkan, kehadiran pabrik pemurnian nikel kadar rendah pertama di Indonesia ini yang juga sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) akan sangat bermanfaat untuk peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah.
Peresmian ditandai dengan penekanan tombol sirine dan penandatangan prasasti oleh Menteri Luhut. Prosesi ini juga menandai ekspor perdana MHP dari Indonesia.
Selanjutnya: PLTS bakal didorong, kesiapan industri pemasok jadi sorotan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News