kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,77   12,46   1.37%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pabrik pengolahan garam setop beroperasi


Selasa, 21 Februari 2017 / 21:30 WIB
Pabrik pengolahan garam setop beroperasi


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Krisis garam konsumsi terjadi di sejumlah industri pengolahan garam dalam negeri. Salah satunya, UD Rizky Mandiri. Pabrik pengolahan garam berkapasitas 4.000 ton per bulan ini sudah berhenti beroperasi sejak pertengahan Februari 2017.

Hal itu terjadi karena pasokan bahan baku garam sulit diperoleh, dan permohonan izin impor bahan baku garam konsumsi yang sudah diajukan sebanyak 30.000 ton untuk semester pertama tahun ini belum kunjung direstui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Direktur UD Rizky Mandiri Sukawi mengatakan, selaku produsen garam skala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mengeluhkan kelangkaan bahan baku garam. Ia bilang, saat ini, pihaknya telah merumahkan sebanyak 80 karyawan karena pabrik berhenti beroperasi.

Ia mengatakan, harga garam naik hampir setiap hari. Selain itu, para tengkulak menikmati kenaikan harga bahan baku garam, karena hanya mereka yang memiliki pasokan bahan baku garam, itu pun jumlahnya tidak seberapa.

"Misalkan kami meminta 20 ton, tapi yang dikirim hanya 5 ton, kemudian besoknya harga naik lagi, dan kembali dijual sedikit-sedikit," ujar Sukawi kepada KONTAN, Selasa (21/2).

Sukawi mengatakan ia telah mengajukan permohonan impor garam melalui PT Garam sebesar 30.000 ton untuk semester pertama tahun ini. Sebab rata-rata kebutuhan garam di pabrik miliknya sebesar 5.000 ton per bulan. Saat ini, pabrik garam milik Rizky Mandiri berkapasitas produksi 4.000 ton per bulan.

"Kami mengajukan lebih besar karena biasanya garam itu kan ada penyusutan jadi dengan mengajukan 5.000 kalau menyusut ya menjadi 4.000 sesuai kapasitas mesin produksi kami," imbuhnya.

Menurut hitungan Sukawi, saat ini harga bahan baku garam mencapai Rp 1.380 per kg. Nah, harga itu sampai ke pabrik bisa mencapai Rp 1.937 karena ditambah ongkos kirim, biaya gas, pengering, dan bongkar muat.

Direktur Jenderal Pengolahan Ruang Laut KKP Brahmantya Setyamurti Poerwadi mengatakan, pihaknya masih melakukan konsolidasi sebelum mengeluarkan rekomendasi impor garam.

Ia juga mengatakan rekomendasi impor garam nanti tidak dilakukan secara serentak. Namun impor garam akan dilakukan secara bertahap atau per tahap direncanakan 27.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×