Reporter: Noverius Laoli | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Krisis mengancam seluruh industri pengolahan garam. Pasalnya menjelang akhir Februari 2017, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) belum juga mengeluarkan rekomendasi impor garam yang diajukan PT Garam (Persero) sebesar 226.124 ton atau sekitar 30% dari total kebutuhan garam konsumsi semester pertama 2017 sebesar 700.000 ton.
Padahal saat ini industri garam kesulitan bahan baku akibat hujan yang berkepanjangan. Bahkan, PT Garam dan sejumlah industri garam pun sudah mulai berhenti beroperasi.
Direktur Utama PT Garam Ahmad Budiono mengatakan pihaknya sudah kehabisan stok bahan baku untuk garam sejak pertengahan Januari 2016 lalu. Sementara itu KKP belum juga mengeluarkan rekomendasi impor garam konsumsi. Akibatnya saat ini harga garam naik signifikan dan barangnya sulit dicari.
"Harga garam naik hampir tiap hari, di Madura sudah mencapai Rp 1.350 per kilogram (kg) dari harga normal sebelumnya Rp 340 - Rp 550 per kg," ujar Ahmad kepada KONTAN, Senin (20/2).
Ia mengatakan pihaknya telah berupaya mencari pasokan bahan baku garam ke sejumlah petambak garam di Jawa Timur tapi hasilnya nihil. Akibat kekurangan pasokan garam konsumsi, PT Garam ternyata telah menghentikan suplai garam konsumen ke sejumlah daerah seperti Sumatra, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
Untuk itu, ia mendesak agar pemerintah segera melakukan pengecekan kondisi garam di sejumlah sentra produksi di Pantura dan Madura. Dengan melihat langsung kondisi lapangan, maka pemerintah mengambil sikap untuk mengatasi krisis garam nasional yang sudah terjadi.
Direktur Jenderal Pengolahan Ruang Laut KKP Brahmantya Setyamurti Poerwadi mengatakan pihaknya masih melakukan konsolidasi sebelum mengeluarkan rekomendasi impor garam. Ia juga mengatakan rekomendasi impor garam nanti tidak dilakukan secara serentak.
Namun impor garam akan dilakukan secara bertahap. Setiap bulan direncanakan ada impor garam 27.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News