Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal
KONTAN.CO.ID - PT Pamerindo Indonesia (Pamerindo) menyelenggarakan seminar Tech-Talk Session bertema “Membangun SDM Industri Manufaktur 4.0” di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada Jumat (30/11). Acara ini bertujuan meningkatkan awareness pelajar untuk mengembangkan kompetensi sebelum masuk ke dunia kerja, khususnya industri manufaktur.
Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri dan Informatika (FTII) Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka) Delvis Agusman menjelaskan, lembaga pendidikan punya peran strategis untuk mengembangkan potensi dan kompetensi pelajar guna menghadapi era industri 4.0. Menurutnya, teknologi sulit dilepaskan dalam industri manufaktur karena meningkatkan efisiensi kerja serta jumlah barang yang diproduksi.
Namun, teknologi bukan hal yang harus ditakuti. Delvis mengungkapkan, pelajar bisa mengembangkan skill dengan belajar memanfaatkan big data agar dapat bersaing di industri 4.0. Dengan memanfaatkan big data, pelajar mampu mengontrol mesin dengan memanfaatkan sumber informasi untuk memecahkan masalah.
“Masalah bisa diprediksi, jangan tunggu muncul dulu. Manfaatkan big data supaya bisa menyelesaikan masalah. Bahkan bisa memprediksi masalah yang akan datang,” kata Delvis.
Ia pun tidak menampik banyak pekerjaan mulai berkurang karena kemajuan teknologi. Akan tetapi, teknologi juga memunculkan lapangan pekerjaan baru di masa depan. Delvis pun berpesan kepada pelajar agar menguasai hard skill (seperti big data, data scientist, dan artificial intelligent) dan soft skill (seperti kepemimpinan, kerja sama, dan integritas) supaya memiliki kompetensi dengan sikap yang profesional saat bekerja.
“Lapangan kerja hilang. Kemudian muncul lapangan kerja baru yang tidak ada sebelumnya. Makanya, harus ada strategic orientation. Hal ini harus dipahami dan kita harus bekerja secara profesional,” sambung Delvis.
Senada dengan Delvis, Secretary General Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS) Fanky Christian memaparkan, berdasarkan data Talent Trend 2021, sebanyak 75% perusahaan mencari karyawan baru pada tahun 2021. Di dalamnya, terdapat lima sektor dengan jumlah pekerja tertinggi secara global. Pertama, e-commerce and technology; kedua, healthcare and lifesciences; ketiga, financial services; keempat, industrial and manufacturing; dan kelima industri fast-moving consumer goods (FMCG, contohnya industri makanan, minuman, dan pakaian).
“Tren sekarang banyak orang lihatnya dari pemutusan hak kerja (PHK). Tapi, lihat juga potensi orang mencari pekerjaan barunya, ada banyak. Jadi, industri manufaktur tetap merekrut banyak orang karyawan baru,” ujar Fanky.
Saat merekrut karyawan, ada empat pertimbangan yang dipilih perusahaan, yaitu skill sets and experience (72%), soft skill (16%), cultural fit (43%), dan headcount budget (45%). Dengan pertimbangan perusahaan itu, Fanky berpendapat pelajar harus melengkapi kualitas diri tidak hanya lewat belajar di sekolah dan program magang saja, tapi juga soft skill. Terlebih semua hal tersebut bisa diakses melalui internet.
“Intinya apa? Skill-nya harus dibangun. Percuma ada internet tapi tidak belajar ilmu yang lain, sama saja tidak belajar,” rangkum Fanky.
Marketing Manager PT SMC Automation Indonesia Agnes Presilia menyetujui pernyataan tersebut. Untuk meningkatkan kemampuan pelajar, Agnes menjelaskan, PT SMC Automation Indonesia membuka program pelatihan dan workshop secara gratis untuk meningkatkan skill pelajar sebelum masuk ke industri 4.0.
Pelajar bisa memulai pelatihan industri 4.0 dengan pengenalan teknologi pneumatik (alat kontrol industri khusus kompresor udara) di PT SMC Automation Indonesia. Setelah itu, belajar merangkai all air circuit dan teknologi persiapan udara. Dengan dasar pelatihan itu, pelajar diharapkan mampu membuka inovasi baru yang berguna terhadap industri manufaktur.
“Kita sudah sering kedatangan mahasiswa dan setiap tahun selalu datang untuk melihat perubahan industri. Ada juga tour di sekitar perusahaan dan workshop untuk guru dan balai pelatihan,” ucap Agnes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News