kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi belum terkendali, turbulensi di industri penerbangan berlanjut di tahun ini


Minggu, 01 Agustus 2021 / 20:41 WIB
Pandemi belum terkendali, turbulensi di industri penerbangan berlanjut di tahun ini
ILUSTRASI. Sejumlah pesawat dari berbagai maskapai parkir di Apron Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/hp.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

Dia berharap, vaksinasi bisa diakselerasi sehingga kekebalan kelompok (herd immunity) bisa lebih cepat terbentuk. Dengan begitu, mobilitas masyarakat dan penggunaan transportasi udara bisa lekas pulih. 

"INACA berharap penyelenggaraan vaksin bisa dilakukan lebih cepat dan dalam jumlah besar, karena vaksin diharapkan bisa menjadi solusi atas masalah kesehatan dan perekonomian. Kunci utama semua maskapai dan kegiatan ekonomi adalah penanganan pandemi," kata Denon saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (1/8).

Pengamat dari Lembaga Manajemen FEB UI Toto Pranoto mengamini, situasi industri penerbangan belum menujukkan tren pemulihan (recovery) pada tahun ini. Apalagi pandemi yang belum sepenuhnya terkendali membuat mobilitas manusia dan barang masih sangat terbatas.

International Air Transport Association (IATA) juga memproyeksikan pada 2021 global airlines masih akan membukukan kerugian. Oleh sebab itu, GIAA dan Lion Air Group pun menjalankan strategi yang juga diterapkan oleh banyak maskapai lainnya di dunia.

"Maka cost restructuring jadi langkah prioritas, terutama penyederhanaan jumlah pesawat, karena leasing cost sangat mahal. Penyederhanaan jumlah SDM juga jamak dikerjakan supaya overhead cost bisa ditekan," kata Toto.

Di sisi lain upaya diversifikasi pendapatan juga harus terus ditingkatkan, terutama dari bisnis angkutan kargo. Untuk utilisasi load factor penumpang, maka strategi promosi seperti menjual tiket secara diskon dan promosi lainnya perlu diperhatikan. "Mudah2-mudahan juga captive market seperti penerbangan Umrah bisa dibuka kembali. Jadi dua maskapai ini bisa sedikit tarik nafas," pungkas Toto. 

Selanjutnya: Garuda Indonesia (GIAA) Rugi Bersih US$ 384,35 Juta di Kuartal Pertama 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×