Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Meski panen padi tahun ini diperkirakan akan lebih baik ketimbang tahun lalu, namun harga beras di pasaran diperkirakan tidak akan bisa turun secara drastis. Sebab, musim panen kali ini tidak berlangsung serentak.
Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Sutarto Alimoeso mengungkapkan, dilihat dari produktivitas dan kualitasnya, panenan kali ini memang lebih baik ketimbang tahun lalu. "Tapi perbedaannya dengan tahun lalu adalah musim panen kali ini tidak serentak. Akibatnya, tahun ini harga tidak akan jatuh," ujarnya, Senin (28/3).
Meski sekarang harga beras sudah mulai turun, tapi harga beras tidak akan melorot dengan drastis. Bahkan, tahun ini harga beras masih tetap bertahan meskipun sudah diguyur beras Operasi Pasar (OP). Ia mencontohkan, di Cipinang, meski beberapa waktu lalu sudah turun, tapi sudah dua minggu ini harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) untuk jenis IR III (medium tiga) sebesar Rp 5.500 per kilogram (kg).
Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, pada bulan Maret harga beras sudah di bawah HPP. "Harga beras tahun ini tampaknya akan stagnan di sekitar Rp 5.200 per kg - 5.500 per kg," kata Sutarto. Selain karena panen yang tidak serentak, harga beras akan tetap stabil tinggi karena harga pupuk juga naik, sehingga ongkos produksi petani meningkat.
Sutarto mencontohkan, pada pertengahan Februari lalu beberapa daerah yang panen antara lain Ngawi, Madiun, Bojonegoro di Jawa Timur bagian barat dan Jawa Tengah bagian timur seperti Sragen, Blora, Purwodadi dan Demak. "Sekarang yang panen besar itu di Tegal, Pekalongan, Banyumas dan Cilacap," katanya.
Sebelumnya, Syamsul Hilataha, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, pengelola Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mengatakan tren harga beras memang sudah berangsur turun. "Harga sudah mulai mengarah ke harga normal," ujarnya beberapa waktu lalu. Menurut Syamsul, penurunan harga ini karena saat ini Bulog menjaga stok berasnya melalui pengadaan dalam negeri maupun impor.
Sutarto mengungkapkan, dari aspek pengadaan hingga Senin (28/3) pagi, jumlah kontrak pengadaan beras Bulog sebesar 341.000 ton. Jika dibanding dengan target penyerapan beras yang dipatok Bulog hingga Maret 2011 ini yang sebesar 416.000 ton, maka saat ini realisasi pengadaan beras Bulog sudah 82% dari target hingga Maret 2011.
"Realisasi penyerapan ini tidak tercapai secara penuh karena di prognosanya itu harusnya di Februari ada panen raya, tapi ternyata meleset. Artinya tidak terjadi panen raya," katanya.
Dari total penyerapan ini, pengadaan beras paling besar dari Jawa Tengah. Hingga Senin pagi (28/3) pengadaan beras dari Jawa Tengah telah terealisasi sekitar 116.000 ton, atau sekitar 174% dari target yang dipatok sebanyak 66.000 ton.
Sementara itu, untuk realisasi impor beras, hingga saat ini Sutarto bilang Bulog sudah hampir menyelesaikan impor beras. Dari total kuota impor beras yang diberikan oleh pemerintah yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan 2010 - 2011 sebesar 1,99 juta ton, saat ini sudah sekitar 90% dari target yang ditetapkan.
Dengan hitungan ini, artinya sampai saat ini Bulog telah merealisasikan impor beras sekitar 1,79 juta ton. "Kita berharap impor beras bisa 100% realisasi," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News