Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekad pemerintah mengembangkan kawasan wisata non Bali lewat program 10 destinasi prioritas nasional secara perlahan mulai terlihat. Sejumlah investor asing mulai tertarik menggarap proyek wisata tersebut.
Menurut Hiramsyah S Thaib, Ketua Tim Kelompok Kerja (Pokja) 10 Destinasi Prioritas, hingga kini sudah ada sejumlah investor yang tertarik menanamkan modal di proyek tersebut. Terutama investor asal China dan Singapura. "Yang paling banyak ingin menaruh modal dari kedua investor tersebut," katanya kepada KONTAN, Selasa (17/10).
Ia mengambil contoh investor asal Singapura. Investor tersebut tertarik mengembangkan lima proyek wisata di Kawasan Danau Toba. Salah satunya adalah proyek hotel serta infrastruktur wisata. Sayang, Hiramsyah tidak merinci identitas si investor tersebut. Namun kalau ditotal, nilai investasi proyek tersebut tembus US$ 2,3 miliar.
Adapun untuk investor asal China ia tidak menjelaskan secara detil lokasi yang menjadi incaran. Termasuk jenis proyek yang bakal digarap. Tapi si investor tertarik menggarap proyek sejenis di Sumatera Barat dan Manado.
Selain dari China dan Singapura, Hiramsyah bilang kalau investor dari Malaysia juga sudah menyatakan ketertarikan menanamkan modal di kawasan Borobudur. Selain itu, investor asal Timur Tengah serta lagi-lagi Singapura juga kepincut dengan tawaran dari tim Pokja tersebut.
Untuk proyek di kawasan Borobudur, Hiramsyah menyebut pihaknya mengestimasi nilai proyek pengembangan wisata tersebut mencapai US$ 560 juta. Itu terdiri dari 10 proyek wisata. Bisa berupa proyek hotel serta infrastruktur pariwisata.
Investor Singapura juga ia sebut kepincut dengan proyek wisata di Tanjung Kelayang, Belitung. Di situ ada dua proyek yang siap investor garap dengan nilai inevstasi US$ 62 juta.
Sejauh ini, nilai komitmen investasi dari para investor di proyek wisata 10 destinasi prioritas tersebut sudah tembus US$ 2,9 miliar. Hiramsyah pun optimistis bisa meraup sebesar US$ 2 miliar lagi komitmen investasi di proyek itu di akhir tahun ini. Sayang, ia tidak merinci calon investor dan proyek incaran. "Dari penjajakan, tidak langsung tanam modal, proses memang agak lambat," tuturnya.
Sebab proses legislasi dari 10 destinasi prioritas tersebut tengah pemerintah kebut. Misal, pemerintah sudah membentuk Badan Otorita Pariwisata Borobudur pada tahun ini. Dan segera menyusul badan sejenis di destinasi wisata prioritas lainnya.
Mengejat Target Rp 200 T
Salah satu target pengembangan 10 destinasi prioritas non Bali yang tengah pemerintah garap adalah bisa mendongrak devisa negara. Maklum, pariwisata kini menjadi bidang amat penting untuk menambah devisa negara.
Dengan target bisa menjaring sebanyak 15 juta turis asing sampai akhir tahun ini, pemerintah berharap bisa mengumpulkan devisa sebanyak Rp 200 triliun. Jumlah yang tidak sedikit. Tampaknya target tersebut bisa tercapai lantaran hingga saat ini jumlah turis asing yang masuk ke Indonesia sudah tembus lebih dari 9 juta turis asing.
Sedangkan tahun depan, seiring dengan makin banyaknya destinasi non Bali yang beroperasi, ada harapan jumlah pelancong asing bisa mencapai 17 juta pelancong dan terus bertambah menjadi 20 juta turis pada tahun 2020 nanti. Nah, di saat turis sudah tembus 20 juta tersebut, devisa yang bisa mengalir bisa Rp 280 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News