Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa
SURABAYA. PT PP Properti telah melakukan pemancangan tiang pertama proyek apartemen Pavilion Permata Tower, di Surabaya, Minggu (15/2/2015) lalu. Direktur Operasi PT PT PP Properti, Galih Saksono, mengatakan pertumbuhan pasar properti di Surabaya ke depan masih sangat prospektif.
Galih mengatakan, prospek pasar properti di Surabaya masih menjanjikan. Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, sekaligus gerbang bisnis utama untuk kawasan Indonesia Timur, perkembangan bisnis dan ekonomi di Surabaya kini semakin pesat.
Hunian vertikal seperti apartemen dan kondominium di pusat kota semakin menjadi kebutuhan warga urban dan terus diburu. Beberapa faktor pendorongnya antara lain soal budaya masyarakat yang mulai berubah, peningkatan kelas menengah, dan keterbatasan lahan.
"Sudah terjual seratus persen. Untuk tower pertama bahkan sudah masuk tahap akhir penyelesaian," ujar Galih kepada KOMPAS.com, Senin (16/2/2015).
Proyek milik anak perusahaan PT PP (Persero) Tbk tersebut berlokasi di kawasan Mayjen Sungkono, Surabaya Barat. Galih mengatakan, pembangunan apartemen ini sebagai salah satu bagian dari proyek PP Properti di Surabaya dan beberapa proyek lainnya, meliputi Jakarta, Bekasi, Banten, Makassar dan Semarang.
Adapun apartemen Pavilion Permata 1 terdiri dari 14 lantai, sedangkan Pavilion Permata Tower 1 dijadwalkan penyelesaian struktur dan tahap penyelesaian pada Maret 2015 nanti.
"Sehingga kami bisa segera serah terima kepada konsumen pada April nanti," ujarnya.
Berdasarkan riset Colliers International Indonesia, Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia yang semakin diperhitungkan. Seperti halnya sektor perkantoran, pola distribusi apartemen juga semakin merata, yakni di Surabaya barat, selatan dan timur.
Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, mengatakan kendati pasar apartemen di Kota Pahlawan itu hanya 12 persen dari jumlah unit apartemen di Jakarta namun pertumbuhannya begitu tinggi yakni 142 persen. Pasokan pada 2015 hingga 2018 mendatang sebanyak 25.844 unit yang berasal dari 27 proyek.
Demikian halnya dengan tingkat serapan yang berada pada posisi 80 persen menstimulasi meroketnya harga jual. Menurut Ferry, jika harga jual pada 2012 rerata Rp 14,7 juta per meter persegi untuk apartemen kelas menengah, pada 2013-2014 berubah menjadi rerata Rp 17,9 juta. Sementara itu, harga apartemen kelas atas saat ini berada pada posisi rerata Rp 35 juta per meter persegi.(Latief)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News