Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT SLJ Global Tbk (SULI) menargetkan bisa mencatatkan volume penjualan kayu tidak jauh berbeda dengan realisasi tahun lalu.
Mengintip laporan keuangan tahun 2019, total volume penjualan SULI tercatat sebesar 118.174 m3. Secara terperinci, angka tersebut terdiri atas 105.398 m3 kayu lapis dan 719 kayu lapis olahan untuk pasar ekspor, serta 6.299 m3 kayu bulat, 5.572 m3 kayu lapis, dan 186 m3 kayu gergajian untuk pasar domestik.
Baca Juga: IA-CEPA resmi berlaku hari ini, bea masuk ekspor RI ke Australia jadi 0%
Wakil Presiden Direktur SULI David mengatakan, pasar kayu lapis tahun ini tidak sesuai dengan ekspektasi perusahaan di awal tahun. Mulanya, SULI memproyeksi pasar kayu lapis pada tahun ini akan mulai kembali bergeliat setelah sebelumnya lesu sejak pertengahan tahun 2018 lalu.
Sayangnya, kondisi di pasar berkata sebaliknya. Efek gulir pandemi corona (covid-19) telah berdampak pada lesunya kegiatan industri properti serta sektor-sektor industri lainnya di berbagai belahan dunia yang selama ini berkontribusi dalam menyerap produk-produk kayu lapis.
Akibatnya, permintaan kayu lapis dari beberapa negara seperti misalnya Amerika Serikat mengalami penurunan. Padahal, selama ini negara berjuluk Negeri Paman Sam tersebut biasanya berkontribusi hingga 30%-45% dalam total penjualan ekspor perusahaan.
Baca Juga: Pendapatan SLJ Global (SULI) turun 36,91% di kuartal I-2020
Oleh karenanya, SULI hanya bisa berupaya semaksimal mungkin agar volume penjualan tahun ini bisa kurang lebih sama dengan realisasi tahun lalu.
Salah satu upaya yang akan dilakukan di antaranya dengan menggencarkan penjualan ekspor ke negara-negara yang permintaan kayu lapisnya masih terbilang stabil seperti misalnya Korea Selatan.
Sembari hal tersebut dilakukan, penjualan ekspor ke Amerika Serikat bakal terus berjalan untuk menjaga marjin keuntungan perusahaan. Maklum saja, produk kayu lapis di Amerika Serikat memiliki harga rata-rata cuku tinggi, yakni sekitar US$ 700 - US$ 800 per m3 untuk jenis kayu lapis berukuran 5x10 kaki.
Sementara itu, harga rata-rata produk kayu lapis di Korea Selatan hanya berkisar US$ 500 - US$ 550 per m3 untuk jenis kayu lapis berukuran 4x8 kaki.
“Jadi ada yang untuk mengejar volume, ada juga yang untuk mengejar marjin,” kata David saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (5/7).
Kendati demikian, meski sudah mematok target volume penjualan, David mengaku masih belum bisa memproyeksikan kinerja topline ataupun bottom line yang akan didapat, sebab keduanya akan sangat bergantung pada harga jual di pasaran hingga tutup tahun nanti yang masih bisa berfluktuasi sewaktu-waktu.
Adapun untuk saat ini, harga rata kayu lapis di pasaran secara umum berkisar US$ 500 per m3 di enam bulan terakhir. Angka ini relatif lebih rendah bila dibandingkan harga rata-rata kayu lapis pada periode sama tahun lalu yang berkisar US$ 530 - US$ 550 per m3.
Selain menjaga kinerja penjualan, SULI juga akan terus berupaya menekan pengeluaran pada sejumlah pos beban yang ada. Untuk biaya produksi misalnya, SULI akan berupaya meningkatkan rendemen kayu dengan memaksimalkan hasil volume kayu lapis yang dihasilkan dari bahan baku yang diperoleh.
Baca Juga: Ada omnibus law, SLJ Global (SULI) harapkan kebijakan fiskal untuk dorong ekspor
“Seumpama kalau misalkan dulu kami mampu menghasilkan 0,5 m3 plywood dari 1 kubik kayu, maka sekarang kami akan berupaya agar output-nya bisa kami naikkan menjadi 0,55 m3 misalnya,” terang David.
Sepanjang Januari - Maret 2020 lalu, SULI membukukan pendapatan usaha sebesar pendapatan usaha sebesar US$ 12,30 juta di kuartal I 2020. Realisasi tersebut turun 36,91% bila dibandingkan pendapatan usaha SULI di kuartal I 2019 yang mencapai US$ 19,50 juta.
Seturut pendapatan yang menurun, rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih SULI membengkak menjadi sebesar US$ 5,14 juta di kuartal I 2020 Sebelumnya, rugi bersih SULI di kuartal I 2019 hanya mencapai US$ 2,34 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News