kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar mobil nasional masih lesu tahun depan


Kamis, 18 Desember 2014 / 09:17 WIB
Pasar mobil nasional masih lesu tahun depan
ILUSTRASI. Cita Mineral (CITA) Perkirakan Kinerja Akan Menurun di Tahun 2023


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA.  Mendapatkan hasil buruk tahun ini membuat pebisnis otomotif agak konservatif menatap 2015 yang tinggal menghitung hari. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan, kondisi pasar mobil nasional tetap "puasa" tumbuh alias stagnan tahun depan, menyusul kondisi perekonomian yang belum stabil.

 "Kami memprediksi tahun depan kondisi pasar akan sama seperti tahun ini. Berharap dengan pertumbuhan ekonomi pasar bisa kembali tumbuh setahun kemudian di 2016," jelas Sudirman Maman Rusdi, Ketua Umum Gaikindo di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (17/12).
 
Sudirman menjelaskan, faktor pertama menyangkut pelemahan daya beli konsumen seiring kenaikan harga BBM bersubsidi. Sepanjang 2007 hingga 2013, pertumbuhan pasar mobil nasional Indonesia tumbuh 24,3%. Hasil itu diperoleh dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional 6%.
 
"Tahun depan, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional 5,8%, sedangkan Bank Dunia memprekirakan hanya 5,2%. Coba kita ambil tengahnya saja, 5,5 persen tumbuh tahun depan, tapi pengaruh ke pasar mobil baru akan terasa di 2016 nantinya," beber Sudirman.

Jika estimasi pasar mobil nasional tahun depan 1,2 juta unit, maka Gaikindo optimis pasar bisa mencapai setidaknya 1,3 juta unit di 2016.
 
Nilai Tukar

Faktor kedua, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang sempat menyentuh level terendah sepanjang masa, yakni Rp 12.900 pada 16/12/2014 lalu. Situasi ini tentu akan menekan sejumlah agan tunggal pemegang merek (ATPM) terbebani ongkos produksi yang terkerek. Pengaruh logis yang biasa terjadi adalah kenaikan harga jual mobil di pasar sebagai kompensasi pelemahan rupiah.
 
"Sekarang saja cost kalkulasi kita masih di bawah Rp 12.300 per dollar AS. Tapi, kalau daya beli masih rendah bagaimana mau menaikan harga, yang ada malah kasih diskon. Pastinya, setiap merek akan berhitung ulang dengan kejadian ini tahun depan," lanjut Sudirman.
 
Suku Bunga
Ketiga, faktor kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang juga dinaikan sehari setelah BBM subsidi diumumkan, naik 25 basis poin menjadi 7,75 persen. Keputusan ini otomatis akan mengerek langsung bunga kredit pembelian mobil di lapangan. Biasanya, dampak kenaikan baru terjadi dua sampai tiga bulan ke depan, artinya awal 2015.
 
"JK (Wapres Jusuf Kalla) mengatakan seharusnya tidak dinaikkan lagi, mudah-mudahan seperti itu. Tapi, kita harus menunggu, BI Rate nanti mau di angka berapa, ini yang dikhawatirkan," tukas Sudirman. (Agung Kurniawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×